Computer File
Analisa penyebab kegagalan produk untuk menurunkan persentase kegagalan pada divisi celup PT Faloen International
Kualitas produk merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan keunggulan bagi perusahaan dan kepuasan bagi pelanggan bila kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya. Salah satu cara untuk menghasilkan produk yang berkualitas adalah dengan melakukan pengendalian kualitas.
PT Faloen International adalah perusahaan yang bergerak dibidang perajutan, pencelupan dan penyelesaian kain untuk bahan kaos, dengan sistem produksi berdasarkan pesanan (job order) . Fokus usaha perusahaan adalah pada bidang pencelupan, karena sebagian besar pesanan yang masuk ditujukan pada divisi ini.
Kualitas hasil celup dapat dilihat dari kualitas warna kain yang dihasilkan, yaitu : ketepatan warna yang dihasilkan dengan yang diinginkan, kerataan pewarnaan kain dalam arti warna hasil celup tidak belang, tidak ada cacat-cacat seperti gesekan mesin/crease mark dan kain tidak kotor/kena noda.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan rata-rata kegagalan produksi adalah 24,97% dari total produksi (313.126,51 kg). Sebagian besar produk gagal ini dapat diperbaiki kembali, hal ini berarti menimbulkan tambahan biaya produksi untuk memperbaiki produk gagal. Dari jumlah produk gagal yang diperbaiki dapat dikelompokan jenis-jenis kegagalan terbesar, yaitu :
- Warna tidak rata/belang : 149.520,32 kg (47,75% dari total perbaikan)
- Warna tidak cocok : 101.283,25 kg (32,35% dari total perbaikan)
- Gesekan mesin/crease mark : 35.171,89 kg (1 1,23% dari total perbaikan)
- Kotor/kena noda : 27.151,05 kg (8,76% dari total perbaikan).
Tindakan perbaikan untuk produk gagal dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : penambahan warna (topping) dilakukan untuk warna yang terlalu muda, gesekan mesin/crease mark dan warna tidak rata/belang ; pencucian (soaping) dilakukan untuk warna yang terlalu tua dan kotor/kena noda ; dan pelunturan dan pencelupan ulang (stripping) dilakukan untuk warna tidak rata atau belang.
Jenis kegagalan terbesar adalah warna tidak rata/belang dan warna tidak cocok, jadi perusahaan sebaiknya memfokuskan usaha penangganan faktor-faktor penyebab kegagalan pada kedua jenis kegagalan ini. Untuk mencari penyebab timbulnya produk gagal tersebut, digunakan diagram sebab akibat. Dari analisa diagram sebab-akibat didapatkan penyebab utama timbulnya kegagalan warna tidak rata/belang dan warna tidak cocok adalah faktor manusia, bahan baku dan mesin.
Penyebab utama timbulnya kegagalan warna tidak rata/belang, terdiri dari : faktor manusia, dimana operator bekerja tidak sesuai dengan standar prosedur kerja, karena operator kurang teliti dan belum memahami dengan baik standar prosedur kerja yang benar. Faktor mesin yang macet karena jumlah kain kain masuk berlebih dan vlot air kurang, dan faktor bahan baku berupa kain grey serta obat dan zat warna yang kualitasnya kurang baik.
Penyebab utama kegagalan warna tidak cocok terdiri dari : faktor manusia, dimana operator bekerja tidak sesuai standar prosedur kerja, staff laboratorium salah membuat komposisi resep, dan bagian gudang obat yang kurang teliti menimbang obat dan bahan pewarna, serta faktor bahan baku berupa kain grey serta obat dan zat warna yang kualitasnya kurang baik.
Usulan penanggulangan faktor-faktor penyebab kegagalan warna tidak rata/belang dan warna tidak cocok dapat dikelompokkan sebagai berikut :
* Manusia :
- memberikan pelatihan tambahan secara berkala agar para pekerja dapat menjalankan proses produksi dengan lebih baik.
- memberikan surat perintah kerja tertulis yang jelas dan mengkomunikasikannya agar para operator lebih memahami proses yang seharusnya.dilakukan.
- memberikan peringatan jika pekerja melakukan kesalahan dan memberikan sangsi bila pekerja sering melakukan kesalahan yang sama.
- memberikan bonus atau insentif jika dalam kurun waktu tertentu pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa ada kesalahan.
- melakukan pengawasan terhadap pekerjaan operator dengan menempatkan supervisor pada setiap shift.
* Mesin :
- meningkatkan kualitas dan intensitas perawatan mesin sehingga menjamin mesin dapat beroperasi dengan baik dan tidak menganggu jalannya proses.
- memeriksa mesin dan alat-alat pengukur volume dan temperatur yang terdapat pada mesin sebelum dimulainya proses celup agar tidak terjadi kesalahan dalam mengatur jalannya proses celup.
- melakukan proses pencelupan pada mesin yang sesuai untuk setiap jenis kain dengan memperhatikan kapastitas optimal dan vlot air yang digunakan agar proses celup dapat berjalan dengan baik dan hasilnya sesuai standar yang telah ditetapkan.
* Baban baku :
- inspeksi bahan baku meliputi kain grey, obat, dan zat pewarna dengan lebih teliti.
- melakukan penyimpanan dan proses penanganan bahan baku sebelum dimulainya proses celup dengan baik agar tidak mempengaruhi kualitas produk akhir.
- menjalin hubungan baik dengan supplier yang dapat dipercaya sehingga menjamin kualitas obat dan zat pewarna yang digunakan oleh perusahaan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengendalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan telah meliputi perencanaan dan pengendalian kualitas, tetapi ada kelemahan-kelemahan yang harus segera diatasi karena masih tingginya persentase perbaikan produk gagal, belum ada target yang jelas untuk menurunkan persentase produk gagal dan belum ada tindakan konkrit yang diambil oleh perusahaan untuk menurunkan jumlah produk gagal yang terjadi selama ini.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp2685 | DIG - FE | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain