Computer File
Peranan pemeriksaan operasional dalam proses produksi cat untuk menekan tingkat kegagalan produk : studi kasus pada PT. San Central Indah, Giriasih
Perkembangan perekonomian Indonesia telah memberikan kesempatan bagi industri cat untuk tumbuh menjadi suatu industri yang kompetitif. Akibatnya, perusahaan dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan operasinya secara efisien dan efektif, agar ia mampu bersaing dan terus bertahan dalam industri yang kompetitif tersebut. Dewasa ini, kualitas merupakan faktor kunci bagi perusahaan untuk mampu mengungguli para pesaingnya. Kualitas produk yang baik akan memuaskan konsumen, sehingga perusahaan tidak perlu khawatir konsumen akan berpaling pada produk perusahaan pesaing. Kualitas yang baik juga akan memberikan competitive advantage bagi perusahaan, sehingga akan membantu meningkatkan kemampuan perusahaan untuk survive.
Agar perusahaan dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang kompetitif, perlu dilakukan pengendalian atas proses produksi. Salah satu caranya adalah dengan menekan kemungkinan terjadinya kegagalan produk yang menyebabkan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, karena kegagalan produk akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pemeriksaan operasional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk membantu manajemen mengidentifikasikan berbagai masalah yang dihadapi perusahaan serta memberikan rekomendasi berbagai tindakan perbaikan, sehingga pada akhirnya akan membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasinya. Pemeriksaan operasional ini dapat dilakukan oleh pemeriksa intern, pemeriksa ekstern, ataupun konsultan manajemen.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam skripsi ini, penulis menekankan penelitiannya pada pemeriksaan operasional dalam proses produksi cat, khususnya cat tembok, untuk menekan tingkat kegagalan produk pada PT. San Central Indah. PT. San Central Indah merupakan sebuah perusahaan yang hasil produksi utamanya adalah cat, dan berlokasi di Giriasih, Padalarang.
Dalam penelitian tersebut, penulis melakukan pemeriksaan atas fungsi produksi dalam dua tahap, yaitu tahap pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan mendalam. Tahap pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk mengidentiflkasikan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan mengungkapkan hal-hal yang tampaknya memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan atas fasilitas dan proses produksi, melakukan wawancara dengan personil manajemen, dan menyusun daftar pertanyaan pemeriksaan untuk membantu mengumpulkan informasi. Tahap pemeriksaan mendalam bertujuan untuk meneliti lebih lanjut permasalahan yang telah diidentifikasikan pada tahap pemeriksaan pendahuluan dan mengembangkan berbagai saran untuk perbaikan.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, diperoleh temuan bahwa terdapat dua jenis kegagalan produk yang sering terjadi di perusahaan, yaitu hasil olahan cat tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan atau warna cat yang dihasilkan tidak sesuai dengan warna yang diharapkan semula. Kedua jenis kegagalan tersebut dapat menimbulkan berbagai kerugian, seperti berkurangnya laba yang dapat diperoleh perusahaan, meningkatnya persediaan yang mengakibatkan tingginya dana yang terikat dalam persediaan, kerugian waktu, tenaga, dan biaya untuk melakukan produksi ulang guna memenuhi pesanan, dan kerugian kualitatif lainnya seperti hilangnya kepercayaan pelanggan akibat kualitas cat yang kurang baik atau karena keterlambatan pengiriman pesanan.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kegagalan produk umumnya disebabkan oleh empat faktor, yaitu faktor bahan baku, manusia, mesin, dan metode yang digunakan. Dari keempat faktor tersebut, bahan baku merupakan faktor utama penyebab terjadinya kegagalan produk.
Faktor bahan baku yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan produk
adalah sifat bahan baku yang mudah menguap atau mengandung bakteri, kualitas
bahan baku yang kurang baik, atau penggunaan bahan baku yang berbeda akibat
tidak adanya persediaan bahan baku atau karena bahan baku berasal dari rekanan
yang berbeda.
Faktor manusia yang umumnya menyebabkan terjadinya kegagalan produk adalah kesalahan memasukkan bahan baku, kesalahan dalam melakukan penimbangan, ketidaksabaran, maupun faktor-faktor manusia lainnya, seperti bahan baku tumpah secara tidak disengaja, kesalahan memahami instruksi, tidak disiplin, ceroboh, terburu-buru, kelelahan, kejenuhan, dan lain-lain. Pada faktor mesin, hal-hal yang umumnya menyebabkan terjadinya kegagalan produk adalah tidak akuratnya timbangan yang digunakan dan kerusakan mesin, seperti suku cadang rusak, oli mesin habis sehingga mesin menjadi panas, dan sebagainya.
Pesanan khusus dan pengemasan yang kurang baik merupakan faktor metode utama yang seringkali menyebabkan terjadinya kegagalan produk. Selain itu, kegagalan produk akibat faktor metode dapat juga disebabkan karena informasi yang diberikan oleh komputer ternyata kurang tepat.
Dari begitu banyaknya faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan produk di atas, hanya kegagalan produk yang disebabkan oleh sifat bahan baku yang mudah menguap atau mengandung bakteri yang tidak dapat dikendalikan oleh perasahaan. Faktor-faktor penyebab kegagalan produk lainnya sesungguhnya dapat dikendalikan, bahkan dihindarkan.
Kegagalan produk yang terjadi dalam perasahaan rata-rata adalah sebesar 4% per tahun. Dari kegagalan sebesar 4% tersebut, temyata hanya 25% di antaranya yang disebabkan oleh sifat bahan baku yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Dengan demikian, dari rata-rata kegagalan produk yang terjadi setiap tahun, sesungguhnya hanya 1% yang memang disebabkan oleh faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menekan tingkat kegagalan produknya. Untuk itu penulis memberikan beberapa saran perbaikan, yang diharapkan dapat membantu perusahaan
untuk menekan kemungkinan terjadinya kegagalan produk yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan.
Untuk mengatasi masalah kegagalan produk yang disebabkan oleh kualitas bahan baku yang kurang baik atau karena penggunaan bahan baku yang berbeda, sebaiknya perusahaan melakukan vendor certification, yaitu melakukan seleksi terhadap rekanan, sehingga perusahaan hanya menjalin kerja sama dengan rekanan yang benar-benar dapat dipercaya dan diandalkan.
Untuk menekan tingkat kegagalan produk yang disebabkan oleh faktor manusia, supervisor sebaiknya selalu melakukan pengecekan terhadap calcium carbonat yang akan dimasukkan dalam proses produksi untuk memastikan bahwa jenisnya telah sesuai dengan warna yang akan diproduksi. Supervisor juga sebaiknya ikut mengawasi proses penimbangan bahan baku, atau penimbangan sebaiknya dilakukan oleh dua orang pekerja. Para petugas pun sebaiknya selalu diingatkan untuk bersabar, tidak tergesa-gesa, dan selalu melaksanakan proses produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Se!ain itu, perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan dan pengarahan secara rutin bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan produk yang disebabkan oleh pesanan khusus, bagian quality control dan bagian research and development sebaiknya melakukan diskusi lebih dulu mengenai kemungkinan diproduksinya pesanan khusus tersebut, sehingga kesulitan yang mungkin dihadapi dalam proses produksi dapat diantisipasi lebih awal.
Kegagalan produk yang disebabkan oleh kemasan yang kurang baik dapat dihindari dengan membuat rak-rak untuk menyimpan kemasan dalam gudang kemasan, agar kemasan dapat tersusun rapi dan tidak mudah terjatuh. Selain itu, pemasangan tutup kemasan sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja pria., dan sebelum cat diserahkan ke gudang barang jadi, sebaiknya supervisor memeriksa kembali pemasangan tutup kemasan tersebut.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan produk yang disebabkan oleh kerusakan mesin, perawatan dan pemeliharaan mesin harus dilakukan dengan baik dan teratur. Petugas pabrik pun harus dibiasakan untuk selalu memeriksa kondisi mesin sebelum digunakan dalam proses produksi.
Laporan mengenai kegagalan produk yang terjadi sebaiknya tidak dibuat bersama-sama dengan laporan produksi bulanan, tetapi dibuat sesegera mungkin, agar evaluasi terhadap kegagalan produk yang terjadi dapat segera dilakukan. Dengan demikian, permasalahan yang ada dapat segera dicarikan pemecahannya dan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan dapat segera diterapkan, sehingga kesalahan yang sama diharapkan tidak akan terulang lagi pada masa yang akan datang.
Perusahaan pun sebaiknya menyediakan suatu formulir khusus untuk mencatat tindakan-tindakan perbaikan dan kegagalan produk yang terjadi selama proses produksi. Formulir khusus ini dapat membantu memberikan masukan bagi manajemen dalam melakukan evaluasi atas kegagalan produk yang terjadi.
Perusahaan juga sebaiknya selalu melakukan perhitungan kuantitatif atas kerugian yang ditimbulkan oleh kegagalan produk. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh informasi mengenai trend kerugian yang diderita setiap tahun akibat kegagalan produk dan akan lebih termovasi untuk mengurangi kerugian tersebut dengan cara menekan terjadinya kegagalan produk.
Peranan bagian internal audit (audit dan kontrol), khususnya dalam fungsi produksi, sebaiknya lebih ditingkatkan untuk membantu mengevaluasi permasalahan kualitas maupun inefisiensi yang terjadi, dan memberikan rekomendasi tindakan perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian, perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan efiensi dan efektivitas aktivitas operasinya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp5014 | DIG - FE | Skripsi | AKUN HAN p/95 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain