Computer File
Keterlibatan Suriah dalam Konflik di Libanon (1976 - 1982)
Sepanjang sejarahnya kawasan Timur Tengah selalu diwarnai oleh
konflik regional yang didasari oleh faktor agama, etnisitas serta konflik
perbatasan atau wilayah. Akibatnya stabilitas dan keamanan kawasan
sangatlah rentan terhadap friksi-friksi berskala kecil maupun besar yang
dapat setiap waktu berkembang menjadi suatu perang yang besar.
Konflik yang terjadi di Libanon didasari oleh faktor agama, yaitu
antara golongan Kristen dan golongan Muslim. Konflik di Libanon
sangatlah kompleks, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu : pokok
sengketa pertama adanya pembagian kekuasaan menurut Pakta Nasional
1943 yang direvisi dari tahun 1926 dan merupakan sensus tahun 1932,
yang pada saat itu kelompok Maronitlah (dari golongan Kristen terbesar)
yang paling dominan. Tetapi dengan adanya perubahan demografis, maka
Pakta tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman,
sehingga kelompok Sunnilah (dari golongan Muslim terbesar) yang
menjadi kelompok dominan yang kemudian menuntut adanya perubahan,
tetapi kelompok Maronit dengan berbagai dalih menolak tuntutan tersebut
dan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan status quo yang
menjamin kedudukan dominan dalam pemerintahan bagi mereka.
Pokok sengketa kedua dengan adanya kehadiran seperempat juta
pengungsi Palestina. Pokok sengketa ketiga tentang pembagian
kemakmuran yang tidak seimbang antara antara golongan Kristen yang
menikmati kemakmuran berkat kedudukan mereka yang lebih baik dan
golongan Muslim yang umumnya miskin. Konflik di Libanon menjadi sangat
sulit terselesaikan karena adanya keterlibatan hak asing, yaitu Suriah, Pihak Israel ,Iran, dan negara superpower (AS dan US,Dalam konflik Libanon,
Suriahlah yang paling dominan yang memiliki dua pertimbangan yang
melatarbelakangi keterlibatan Suriah di Libanon, yaitu pertimbangan
strategis dan historis.
Keterlibatannya dalam konflik di Libanon, Suriah mengadakan
perundingan-perundingan, tetapi mengalami kegagalan kemudian
melakukan dengan cara militer. Walaupun keterlibatan militer vana
dilakukan oleh suriah belum mencapai sasarannya untuk memulihkan
perdamaian karena banyak hambatan yang terjadi, tetapi tidak dapat
dikatakan sia-sia. Berkat keterlibatannya, Suriah berhasil mengendalikan
perkembangan di Libanon dan menciptakan langkah-langkah selanjutnya.
Dengan menggunakan metode deskriptif, penelitian ini mencoba
untuk mendeskripsikan keterlibatan Suriah dalam konflik di Libanon (1976-
1982), yaitu dengan melihat tahap-tahap keterlibatannya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp14202 | DIG - FISIP | Skripsi | HI DAR k/98 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain