Computer File
Arsitektur Tradisional Minangkabau
Bila kita meninjau ke pelosok-pelosok Nagari yang ada di Sumatera Barat,
kiranya kita hanya akan menemui kurang dari angka 200 banyaknya rumah adat
Minangkabau yang bergonjong, apalagi yang permukaan dindingnya dilengkapi
dengan tatanan ukiran. Namun demikian, jumlah yang kecil itu masih dapat
menunjukkan bahwa sampai mat ini masyarakat Sumatera Barat masih bisa
memelihara warisan budayanya dengan baik. Bahkan beberapa diantara warisan
budaya tersebut sudah berusia 200 tahunan (seperti di Sulit Air dan di Situmbuk),
ada yang berusia di bawah 100 tahunan (seperti di Bukit Surungan dan di Air
Tabit), dan ada yang baru dibangun.
Sebagian besar dari rumah tersebut tidak dihuni lagi, bahkan terlihat seolah-olah
hanya sebagai pajangan belaka. Fungsinya yang dulu digunakan sebagai
tempat kediaman dan musyawarah kaum keluarga juga sudah tidak terlihat lagi.
Padahal dahulu kehadiran sebuah rumah adat yang disebut sebagai Rumah Gadang
merupakan salah satu faktor penentu berdiiya sebuah Nagari, disamping mesjid
dan balai adat.
Sebagai basil karya Tantejo Gurano (arsitek pertama legendaris
Minangkabau) penampilan rumah adat tersebut semua cantik-cantik. Akan tetapi
dibalik kecantikannya itu tersembunyi sejumlah nilai-nilai yang belum. sempat
terbaca oleh anak cucar Tentejo sendiri. Nilai-nilai itu dapat berbentuk (dalam
bahasa masa kini) imaji, gagasan, wawasan, simbol, parameter dan sebagainya.
Nilai-nilai inilah yang membuat penulis merasa perlu untuk mempelajarinya
bersama-sama.
Maksud dan kegunaan dari penulisan ini diharapkan masyarakat dapat
mengetahui secara jelas konsep dari tiap-tiap unsur bangunan Arsitektur
Tradisional Minangkabau, sebingga kita tahu mengapa anak cucu Tantejo tak
sampai hati untuk ,mengobrak-abriknya menjadi suatu karya baru hasil anak masa
kini (katakanlah arsitektur modem). Karena demikian sayangnya kepada bentuk-
bentuk yang sudah ada, maka demi kelestariannya, bentuk-bentuk itu dititipkan dibeberapa bangunan masa kini,
seperti masa kini, seperti terlihat antara lain di gedung Kantor Gubernur Sumatera Barat, gedung DPRD Tk I Sumbar, gedung Bank Indonesia dan sebagainya.
Dari segi untuk menjaga identitas gedung-gedung tersebut memang bagus-bagus, tetapi segi estetika dan kaidah kearsitekturan keadaannya menjadi lain.
Jadi jelaslah bahwa yang menjadi masalah utama itu adalah disatu pihak pengetahuan tentang rumah gadang itu telah menerobos arsitektur modern,, dengan tujuan baik, namun belum terlaksana kaidah estetika dan kearsitekturannya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18662 | DIG - FTA | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain