Computer File
Ekstrimisasi arsitektur post-modern sebagai bahasa - salah satu perkembangan arsitektur post-modern di Indonesia
Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai reaksi dari ‘kesalahan’ arsitektur Modern telah bergerak dan berkembang dengan berpaling dari paham Modernisme. Arsitektur Post-Modern, dengan pandangan bahwa arsitektur dapat dipergunakan sebagai bahasa, berusaha mengkritik arsitektur Modem yang anti-representasi. Arsitektur Modern yang muncul dengan semangat kekiniannya (zeitgeisf) berusaha untuk menyesuaikan manusia ke dalam dunia mass-production dan dunia mesin.
Penggunaan simbol-simbol masa lalu dihapuskan dengan bentukan-bentukan bersih dan polos. Titik terjauh yang dapat dicapai oleh arsitektur Modern adalah pada karya-karya minimalis dan universal: International Style. Arsitektur Modern telah meninggalkan masa lalu, melupakan Tuhan, dan menjunjung tinggi keagungan teknologi ciptaan manusia dengan merendahkan martabatnya sendiri. Kritik para arsitek dan pemerhati arsitektur akhirnya berjuang untuk menggeserkan tahta arsitektur Modern dan menggantikannya dengan arsitektur yang (seharusnya) lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan dapat membuat pemakainya lebih menjadi manusia. Sejak timbulnya ide untuk memandang arsitektur lewat kacamata ilmu linguistik, ide bahwa arsitektur dapat dianalogikan sebagai bahasa yang dapat dimuati oleh makna-makna tertentu di luar keberadaan arsitektur tersebut, telah mengubah dunia arsitektur pada paruh kedua abad ke-20 ini. Arsitektur Post-Modern dikenal orang pertama kali lahir dalam bentuk-bentuk dual-coding, gabungan antara bentukan lama dan teknologi modem. Venturi membawa pembaharuan dalam bidang arsitektur dengan membawa konsep ‘decorated-shed’-nya. Arsitektur telah menjadi sarana pembawa pesan, sebagaimana layaknya bahasa. Penggunaan arsitektur sebagai sebuah pembawa pesan, karena lemahnya posisi arsitektur sebagai second-language, mengakibatkan pemakaian bentuk-bentuk arsitektur
tersebut diamplifikasi, diperkuat untuk menyatakan sebuah pesan yang ingin disampaikan. Pertentangan kedua kubu tersebut menyebabkan terjadi apa yang dinamakan ‘ekstrimisasi’, usaha untuk membawa arsitektur ke ujung terjauhnya. Fenomena tersebut tak pelak juga terjadi di Indonesia.
Indonesia memiliki perjalanan sejarah perkembangan arsitektur yang cukup panjang. Dalam perjalanan tersebut, arsitektur banyak dipengaruhi oleh berbagai pengaruh dari pertemuan budaya-budaya besar dunia: India, Cina, dan Barat, yang menyebabkan sejarah arsitektur kita kaya raya. Pada saat ini yang menjadi persoalan adalah:
Haruskah kita kembali kepada nilai-nilai lama? Haruskah kita mengambil Post-Modernisme?
Haruskah kita kembali menerapkan Modernisme? Apa yang harus dipegang arsitektur Indonesia?
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18699 | DIG - FTA | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain