Computer File
Peranan brand image terhadap penerimaan sub - merek : suatu kasus pada invictus
Pakaian merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Industri
pakaian jadi berkembang seiring trend yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Sejak awal tahun 2000, industri pakaian jadi bekembang dengan pesatnya di kota Bandung. Ini ditandai dengan mulainya bertumbuhan factory outlet ataupun distribution outlet dan clothing company di kota Bandung ini. Bersamaan dengan hal ini, para konsumen mulai beralih meninggalkan toko-toko baju konvensional.
Dikarenakan begitu ketatnya persaingan industri pakaian jadi saat
ini, maka brand menjadi salah satu senjata pemasaran karena menciptakan identitas yang membuat sebuah produk terlihat berbeda dari produk pesaingnya. Brand menjadi brand yang kuat bila memiliki brand identity yang jelas, karena brand identity dilihat konsumen sebagai brand image, yaitu bagaimana konsumen memandang sebuah brand dan mempresepsikannya di dalam pikirannya (Aaker & Jochim Staler, 2004:40). Salah satu clothing company di kota Bandung yang menjadi tempat penelitian penulis adalah `INVICTUS`. Setelah penulis melakukan wawancara awal dengan pihak `INVICTUS`, diketahui bahwa INVICTUS ingin melebarkan sayap perusahaannya dengan meluncurkan sub brand baru yaitu INVICTUS ENEMY. Setelah mengetahui hal tersebut peneliti melakukan preliminary research kepada konsumen `INVICTUS` dan menemukan bahwa brand image `INVICTUS` belum terlalu kuat tertanam di benak mereka. Brand image yang kuat dan positif pun membawa berbagai keuntungan. Seperti diungkapkan oleh Hermawan Kertajaya bahwa keberhasilan suatu merek turunan disebabkan oleh kekuatan sang corporate brand image. Hal ini membawa penulis untuk meneliti lebih dalam mengenai brand image konsumen dan pengaruhnya terhadap penerimaan akan `INVICTUS ENEMY`.
Peneliti menggunakan tolok ukur brand image Plummer, seperti dikutip Aaker, 1991 :138 dan Aaker 1996:196 yaitu Product Attributes(X1). Consumer Benefit Functional benefit(X2.1), Emotional Benefit(X2.1), Organizational Association(X3), Brand-customer Relationship(X4), Brand Personality(X5), dan User Imagery(X6) Sedangkan penerimaan sebagai variable Y memakai dimensi tingkat pengenalan akan `INVICTUS`, tingkat kemungkinan konsumen memprioritaskan merek `INVICTUS` dibandingkan dengan produk sejenis dengan merek berbeda, dan tingkat penerimaan akan new sub-brand INVICTUS. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dalam preliminary research, observasi, studi literatur, dan penyebaran kuisioner kepada 200 responden yang sudah pernah mengunjungi dan membeli produk `INVICTUS`. Jenis data dan analisis yang digunakan merupakan data dan analisis kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hanya varia bel Organizational Association(X3), Brand-customer Relationship(X4) Brand Personality(X5), dan User Imagery(X6) lah yang secara bersama-sama mempengaruhi penerimaan secara signifikan dan masing-masing memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerimaan. Variabel Organizational Association memiliki pengaruh paling besar (0,202) di antara variabel-variabel lainnya. Kemudian diikuti oleh User Imagery (0,134), Brand Personality (0, 122), dan Brand-customer Relationship (0,088). Dari hasil peneltian tersebut, penulis memberikan saran agar `INVICTUS` memaksimalkan fungsi endorser yang telah dimiliki dan memperkuat image-nya melalui strategi below the line-nya. Bagi `INVICTUS ENEMY` yang akan segera keluar, harus tetap dijaga kualitas dari `INVICTUS ENEMY` ini, jangan sampai sang anak brand membuat image `INVICTUS` yang sudah baik menjadi buruk.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1002 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ LYD p/07 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain