Computer File
Penyusunan rencana agregat dalam upaya mencapai biaya kapasitas produksi yang optimum di PT HS
Persaingan di antara perusahaan-perusahaan di dalam industri mengakibatkan setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi setiap permintaan yang masuk ke dalam perusahaan. Untuk itu, di satu sisi perusahaan harus memiliki kapasitas yang memadai sehingga tidak
terjadi kehilangan penjualan, tetapi di sisi lain perusahaan juga perlu untuk memanfaatkan sumber dayanya secara efisien karena sumber daya perusahaan terbatas. Kedua hal ini dapat diatasi dengan menggunakan perencanaan agregat.
Ramalan permintaan dan data mengenai kapasitas produksi merupakan hal utama yang diperlukan dalam perencanaan agregat. Dalam perencanaan agregat terdapat banyak alternatif dan kombinasi alternatif yang dapat digunakan. Oleh karena itu, serangkaian pembatasan dilakukan untuk mendapatkan alternatif rencana agregat yang digunakan dalam penelitian ini. Pembatasan ini ditujukan untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan rencana agregat yang optimal. Penulis mengajukan 5 rencana agregat yang termasuk ke dalam 3 tipe rencana agregat yaitu: level aggregate plan A dengan alternatif
inventories; level aggregate plan B dengan kombinasi alternatif inventories dan firing; chase aggregate plan A dengan kombinasi alternatif overtime dan undertime; chase aggregate plan B dengan kombinasi alternatif overtime, undertime, dan hiring and firing; dan hybrid aggregate plan dengan kombinasi alternatif inventories, overtime, dan hiring and firing. Kelima rencana agregat ini kemudian dihitung dan dibandingkan biaya relevannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait, mengobservasi objek penelitian, dan mengumpulkan data-data tertulis yang dibutuhkan dari objek penelitian.
Setelah dilakukan perhitungan biaya relevan, level aggregate plan B
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan rencana agregat lainnya. Selain memiliki biaya kehilangan penjualan dan biaya tenaga kerja yang paling rendah, level aggregate plan B juga memiliki total biaya relevan yang paling rendah dibandingkan dengan rencana
agregat lainnya. Tetapi dengan pertimbangan nonbiaya, penulis menyarankan perusahaan untuk memilih chase aggregate plan A. Pertimbangan nonbiaya yang dimaksud di sini adalah penggunaan alternatif flring pada level aggregate plan B, alternatif ini seharusnya menjadi alternatif yang terakhir yang dipertimbangkan perusahaan setelah perusahaan mengusahakan dengan segala daya dan upaya mencegah terjadinya firing. Bila perusahaan ingin meramalkan permintaan untuk tahun-tahun mendatang, perusahaan dapat
menggunakan metode dekomposisi karena data penjualan perusahaan menunjukkan adanya pola seasonal. Dalam rangka menghadapi tahun 2007, perusahaan belum perlu untuk menambah mesin dan tenaga kerjanya karena masih terdapat kelebihan kapasitas produksi. Di akhir skripsi ini, penulis mencantumkan beberapa peraturan perundangan mengenai ketenagakerjaan yang berlaku saat ini yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan yang berarti bagi perusahaan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1316 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ WID p/07 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain