Computer File
Peran penganggaran modal terhadap kelangsungan usaha Coffee Shop Kopi-Kopi
Saat ini di Indonesia, khususnya di kota besar, pola hidup masyarakat sudah mengalami
modernisasi. Salah satu contonya adalah bagi masyarakat di zaman modern ini, minum kopi
sudah menjadi gaya hidup, bahkan tidak jarang yang melakukan transaksi bisnis ataupun
membahas masalah peketjaan sambil minum kopi, agar terkesan lebih santai. Investor bisnis
melihat keadaan ini sebagai peluang bisnis yang potensial, maka mereka mulai membuka kedai
kopi, mulai dari yang berskala besar (franchise) hingga kedai kopi skala kecil ( KopiKopi ).
Untuk membuka sebuah kedai kopi yang berskala kecil saja, investasi yang diperlukan relatif
cukup besar. Oleh karena itu diperlukan perhitungan penganggaran modal yang cermat sebelum
membuka sebuah kedai kopi. Hal ini juga telah di lakukan oleh KopiKopi. Sampai saat ini,
KopiKopi telah beroperasi selama 5 bulan dan dirasakan perlu adanya evaluasi penganggaran
modal. Selelah melakukan wawancara dengan pemilik dan manajemen KopiKopi serta
melakukan observasi di lapangan, ternyata didapat bahwa kinerja KopiKopi, khususnya ditinjau
dari aspek keuangan, banyak menyimpang dari apa yang telah dianggarkan pada penganggaran
modal.
Penulis mengevaluasi kinerja KopiKopi dengan membandingkan proyeksi laba rugi
dengan laporan laba rugi dan neraca ( aktual ) perbulan. Pada waktu dilakukan penganggaran
modal, di dapat bahwa periode pengembalian dari KopiKopi adalah 23 bulan 3 hari, dengan
angka penjualan pada bulan pertama (Juni) mencapai Rp 1.000.000/ hari atau Rp 30.000.000/
bulan dan diasumsikan setiap bulan naik 10%. Tetapi pada kenyataannya, angka penjualan di
bulan Juni hanya mencapai Rp 22.000.000, begitu pula yang terjadi pada bulan-bulan
berikutnya. Penyebab utama terjadinya keugian KopiKopi disebabkan oleh kesalahan estimasi
angka penjualan yang terlalu tinggi pada waktu dilakukan penganggaran modal. KopiKopi
mengestimasi angka penjualan terlalu tinggi karena dianggap semua orang yang datang ke
KopiKopi akan memesan makanan. Selain kesalahan estimasi angka penjualan, KopiKopi pun
kurang cermat dalam melakukan perencanaan biaya. Akibatnya, pada saat realisasi banyak biaya
yang dikeluarkan tetapi sebelumnya tidak dianggarkan, seperti biaya : food test, sanitary
equipment, dan rentokil
Terjadinya penyimpangan yang cukup signifikan pada angka penjualan membuat
KopiKopi tidak dapat merealisasikan target periode pengembalian yang telah dianggarkan.
Untuk memperbaiki penyimpangan tersebut, perlu dilakukan berbagai tindakan/ strategi yang
akan menaikkan angka penjualan. Sebelum menentukan strategi apa yang akan diambil, terlebih
dahulu harus diketahui penyebab dari penyimpangan tersebut. Untuk mengetahui penyebab
penyimpangan, pihak manajemen "KopiKopi" melakukan survey kepada konsumen dengan
menanyakan tanggapan mereka terhadap harga, rasa kopi, dan meminta masukkan dari
konsumen.
Dari hasil survey, sebagian besar konsumen menyatakan bahwa adanya ketidaksesuaian
antara rasa kopi yang di hadirkan "KopiKopi" dengan harga jual. Konsumen pun berpendapat,
alangkah lebih baik jika "KopiKopi" menambah jenis menu agar dapat menjangkau pangsa pasar
yang lebih luas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, penulis menyarankan ngar
"KopiKopi" melakukan perbaikan bersifat continue dalam hal rasa, selain itu disarankan pula
agar "KopiKopi" lebih banyak melakukan promosi dengan mengikuti acara-acara yang bersifat
terbuka untuk umum ( bazzar, talkshow, open house) dengan tujuan agar masyarakat mengenal
"KopiKopi" dan menimbulkan niat untuk mencoba.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1812 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ WIG p/10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain