0,05. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan terdapat perbedaan yang signifikan sebab probabilitasnya (p) = 0,000 < 0,05. Faktor Pay berperan sedang terhadap kepuasan kerja karyawan disebabkan upah yang diterima karyawan belum sesuai dengan harapan sehingga tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas responden sebanyak 75% memiliki motivasi kerja yang tinggi. Hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi kerja adalah +0,215. Artinya kepuasan kerja dan motivasi kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan. Tanda (+) menunjukkan hubungan yang searah antara kepuasan kerja dan motivasi kerja di mana kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan motivasi kerja dan berlaku sebaliknya. Faktor Pay memiliki Koefisien Korelasi +0,303. Artinya Faktor Pay memiliki hubungan yang paling erat dengan motivasi dibandingkan faktor-faktor lainnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi kerja karyawannya adalah dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat karyawan, membuat kebijakan yang lebih baik mengenai pemberian upah dan peluang yang sama bagi karyawannya untuk naik jabatan, training outbond, dan penambahan fentilasi udara serta perbaikan peralatan kantor yang telah rusak atau aus." />
Computer File
Analisis kepuasan kerja karyawan divisi finishing CV. Warna Aseli Printing dan hubungannya dengan motivasi kerja
Sumber daya manusia yang unggul merupakan faktor yang penting dalam
mendukung pencapaian strategi, kebijakan, dan tujuan perusahaan. Salah satu cara untuk
mengelola karyawan adalah dengan memotivasinya agar menunjukkan kinerja yang optimal
sehingga karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya. Kepuasan ini berdampak pada
peningkatan loyalitas, produktivitas, motivasi, dan semangat kerjanya untuk dapat
menghasilkan barang atau pun jasa yang berkualitas.
Penelitian dilakukan di CV. Warna Aseli Printing, pabrik sablon kaos yang
memiliki ± 70 karyawan. Penulis melihat gejala di mana banyak karyawan yang mengobrol
sambil bekerja dan kurang antusias. Setelah mewawancarai pemilik, ditemukan masalah
di mana target produksi tidak tercapai sehingga ha rus lembur. Selain itu ada keluhan
ketidakpuasan dari pelanggan mengenai barang cacat yang melebihi kesepakatan. Hal ini
yang membuat penulis tertarik melakukan penelitian mengenai kepuasan kerja dan
hubungannya dengan motivasi kerja karyawan.
Faktor yang dapat membentuk kepuasan kerja menurut Smith, Kendall, dan
Hulin yang dikutip oleh Luthans (1998: 145) adalah "The Work Itself, Pay, Promotions
Opportunity, Supervision, Co-Worker, and Working Conditions." Sedangkan tiga faktor
pembentuk motivasi menurut Jones dan George (2002: 18 J) ya itu "Direction of Behavior,
Level of Effort, dan Level of Persistence. " Penelitian ini didasarkan pada Porter-Lawler
Motivation Model yang menunjukkan bahwa motivasi != kepuasan atau pun kinerja.
Metode penelitian yang digunakan adalah Applied Researeh untuk
memperoleh informasi guna memecahkan masalah yang ada di perusahaan. Survey
dilakukan terhadap populasi karyawan Divisi Finishing yang berjumlah 20 orang. Data yang
diperoleh kemudian diolah sehingga ditemukan hubungan-hubungan antar variabel kepuasan
kerja dan motivasi kerja menggunakan Koefisien Korelasi Rank Spearman. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kepuasan kerja karyawan yang digolongkan
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan lamanya bekerja maka dilakukan Uji t dan Uji
ANOVA menggunakan software SPSS versi 11.5. Penulis melakukan penelitian
kepustakaan, perumusan hipotesis, observasi, wawancara, penyebaran kuesioner,
menghubungkan data yang terkumpul dengan teori yang digunakan, mengukur hubungan
antara dua variabel, dan menarik kesimpulan.
Dari penelitian diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 65%
memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja
karyawan yang digolongkan berdasarkan usia (p = 0,368) dan lamanya bekerja (p = 0,84 J)
sebab probabilitasnya > 0,05. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan terdapat perbedaan
yang signifikan sebab probabilitasnya (p) = 0,000 < 0,05. Faktor Pay berperan sedang
terhadap kepuasan kerja karyawan disebabkan upah yang diterima karyawan belum sesuai
dengan harapan sehingga tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas responden
sebanyak 75% memiliki motivasi kerja yang tinggi.
Hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi kerja adalah +0,215. Artinya
kepuasan kerja dan motivasi kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan. Tanda (+)
menunjukkan hubungan yang searah antara kepuasan kerja dan motivasi kerja di mana
kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan motivasi kerja dan berlaku
sebaliknya. Faktor Pay memiliki Koefisien Korelasi +0,303. Artinya Faktor Pay memiliki
hubungan yang paling erat dengan motivasi dibandingkan faktor-faktor lainnya. Beberapa
cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi
kerja karyawannya adalah dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan
bakat karyawan, membuat kebijakan yang lebih baik mengenai pemberian upah dan peluang
yang sama bagi karyawannya untuk naik jabatan, training outbond, dan penambahan
fentilasi udara serta perbaikan peralatan kantor yang telah rusak atau aus.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1867 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ KUR a/09 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain