Computer File
Penggunaan Altman Z- Score untuk menilai dan memperkirakan prospek sektor properti di Bursa Efek Indonesia (Tahun 2004-2008)
Pada akhir tahun 2008, perekonomian dunia memburuk ditandai dengan masalah
subprime mortgage di Amerika yang berkembang menjadi krisis finansial global yang
bahkan mengguncangkan pasar modal dunia. Dampak yang paling dirasakan di Indonesia
adalah terdepresiasinya nilai Rupiah terhadap US$ yang kemudian memaksa Bank
Indonesia untuk meningkatkan tingkat suku bunga SBI menjadi 9,50% yang berimbas
kepada meningkatnya suku bunga KPR. Peningkatan suku bunga KPR secara langsung
akan mempengaruhi bisnis properti nasional.
Sebagai sektor penggerak ekonomi nasional, meningkatnya aktivitas pada bisnis
properti dapat dijadikan indikator bagaimana kondisi perekonomian negara. Setelah sempat
mengalami keterpurukan pada tahun 1998, kondisi bisnis properti pada tahun 2003 hingga
kuartal ketiga 2008 mulai bangkit kembali ditandai dengan meningkatnya nilai kapitalisasi
pada tahun 2005 sebanyak sepuluh kali lipat dari tahun 2000 menjadi Rp 91,01 Triliun.
Bahkan tahun 2008 tingkat inflasi yang cukup tinggi tidak mempengaruhi para pengembang
besar di Indonesia yang tetap gencar menawarkan berbagai konsep hunian berbentuk
superblok eksklusif. Potensi kapitalisasi proyek-proyek tersebut mencapai Rp 80 Triliun.
Bagaimanakah kinerja perusahaan-perusahaan di sektor properti selama 5 tahun terakhir
berdasarkan 5 rasio keuangan Z-score? Berapa nilai yang dihasilkan Z-score dan
bagaimana trend-nya? Bagaimanakah prospek perusahaan-perusahaan sektor properti?
Dalam hal ini Altman Z-score merupakan alat bantu yang tepat. Altman Z-score
merupakan model yang dikembangkan oleh Dr.Edward I. Altman Ph.D pada tahun 1968
yang merupakan formula multivariate yang mengukur kesehatan finansial perusahaan dan
merupakan alat yang dapat digunakan untuk mendiagnosa probabilitas suatu perusahan
akan mengalami kebangkrutan dalam dua tahun ke depan. Objek penelitian yang digunakan
peneliti adalah delapan perusahaan properti yang listing di Bursa Efek Indonesia ya1tu PT
Lippo Karawaci Tbk, PT Ciputra Surya Tbk, PT Ciputra Development Tbk, PT Summarecon
Agung Tbk, PT Suryainti Permata Tbk, PT Jaya Real Property Tbk, PT Duta Anggada Realty
Tbk, dan PT Global Land Development Tbk. Janis Z-score yang digunakan adalah Original
Z-score yang ditujukan untuk public manufacturer. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menampilkan
dan menganalisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai objek
penelitian.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, secara rata-rata kinerja keuangan
perusahaan-perusahaan sektor properti selama 5 tahun terakhir berdasarkan rasio working
capital to total assets adalah 0,2083, berdasarkan rasio retained earning to total assets
adalah 0,0451, berdasarkan rasio earning before interest and taxes to total assets adalah
0,0675, berdasarkan rasio market value of equity to total liabilities adalah 1,9820, dan
berdasarkan rasio net sales to total assets adalah 0,2279. Hasil perhitungan rasio secara
rata-rata menunjukkan nilai yang positif yang berarti bahwa secara rata-rata seluruh
perusahaan properti yang diteliti berada dalam kondisi likuid, mengalami peningkatan laba,
mampu mengelola assets nya secara efektif untuk menghasilkan penjualan, memiliki
kredibilitas positif di pasar, dan secara rata-rata memiliki kinerja baik dalam menghasilkan
penjualan.
Hasil Z-score yang diperoleh secara rata-rata menunjukkan bahwa pada tahun 2004
dan 2005 kondisi perusahaan-perusahaan yang diteliti berada dalam ancaman
kebangkrutan karena nilai Z-score berada di bawah range 1,8 yaitu 1,0412 dan 1,2601 .
Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami
peningkatan kinerja dengan nilai yang berada di antara 1,8 dan 3,0 yaitu 2,9311 dan 2,2615.
Pada tahun 2008 kondisinya kembali berada dalam posisi tidak aman dari kebangkrutan
dengan nilai Z-score 1,3036. secara keseluruhan berdasarkan trend perhitungan Z-score,
kinerja perusahaan-perusahaan sektor properti di Indonesia tergolong tangguh ini
ditunjukkan dengan peningkatan nilai Z-score pada tahun 2006 dan 2007 setelah sempat
terpuruk pada tahun 2004 dan 2005. namun kondisi kinerja yang membaik ini kembali
memburuk pada tahun 2008 terimbas krisis finansial global. Pemberitaan media
menunjukkan adanya optimisme baru menjelang tahun 2010 yang menyatakan bisnis
properti nasional akan bangkit kembali didukung dengan kondisi suku bunga SBI yang
semakin stabil dan tingkat bunga KPR yang diprediksikan menurun.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1888 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ DEW p/10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain