Computer File
Peranan pengendalian kualitas dalam meminimalkan tingkat kecacatan kain dan biaya inspeksi di divisi weaving II PT Usman Jaya Mekar
Banyaknya pesaing dalam industri manufaktur menyebabkan kualitas
menjadi salah satu faktor yang penting karena kualitas berperan dalam menentukan
kesuksesan dan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Pada prakteknya, proses
produksi tidak hanya menghasilkan produk yang berkualitas, namun juga menghasilkan
produk cacat walaupun hanya sedikit. Hal ini dapat merugikan perusahaan.
PT Usman Jaya Mekar merupakan perusahaan tekstil di Jawa Tengah.
Perusahaan ini mempunyai dua divisi tenun yang memproduksi kain grey. Divisi Weaving II
memproduksi kain grey jenis dobby (bermotif). Kain ini cukup sulit untuk dibuat, sehingga
tingkat kecacatan kain yang te1jadi cukup tinggi. Jenis kecacatan yang paling banyak terjadi
adalah lusi putus, lusi kendor, pakan kendor, dan pakan balik.
Untuk meminimalkan tingkat kecacatan tersebut, diidentifikasi kemungkinan
penyebab dari masing-masing jenis kecacatan menggunakan diagram sebab akibat. Dari
faktor mesin, kecacatan kain disebabkan oleh mesin yang kotor, sparepart yang sudah aus
atau berkarat, setting yang tidak sesuai, serta tensioner, vacuum, dan cutter yang bermasalah.
Dari faktor lingkungan, kecacatan kain disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang
bersih, serta kelembapan dan snhu udara yang kurang sesuai. Dari faktor bahan baku,
kecacatan kain disebabkan oleh kualitas benang yang kurang baik dan larutan kanji yang
tidak sesuai. Dari faktor tenaga kerja, kecacatan kain disebabkan oleh kelalaian pekerja
dalam memasang benang dan dalam mengatur setting mesin. Dari faktor metode, kecacatan
kain disebabkan oleh proses pengkanjian (sizing) yang kurang baik.
Selanjutnya, dihitung kerugian biaya dengan melakukan perbandingan antara
total waktu inspeksi yang tersedia dengan waktu yang diperlukan untuk menginspeksi dan
memperbaiki kain yang cacat dalam satu tahun. Waktu yang digunakan untuk inspeksi
adalah sebesar 30.195,25 jam. Sedangkan waktu yang tersedia dalam setahun adalah sebesar
29.232 jam. Terdapat selisih sebesar 963,25 jam. Kekurangan tersebut diatasi dengan lembur
dan menghasilkan biaya tambahan sebesar Rp. 8.043.138,00.
Berikutnya dilakukan analisa total waktu inspeksi yang diperlukan tanpa
adanya empat jenis kecacatan terbesar. Perusahaan hanya membutuhkan waktu sebesar
25.051,5 jam untuk inspeksi, dengan asumsi bahwa empat jenis kecacatan terbesar dapat
diatasi, namun masih terdapat jenis kecacatan lainnya. Jika dibandingkan dengan waktu
inspeksi yang diperlukan, yaitu sebesar 30.195,25 jam, terdapat selisih sebesar 5.143,75 jam
yang merupakan tambahan waktu untuk memperbaiki kain yang cacat. Akibatnya,
perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk memperbaiki kain yang cacat sebesar
Rp. 26.490.313,00.
Berdasarkan teori yang digunakan, inspeksi seharusnya tidak perlu
dilakukan, karena tidak menambah nilai dari suatu produk. Oleh karena itu, pada dasarnya
biaya inspeksi sebesar Rp. 155.505.538,00 tidak perlu dikeluarkan oleh perusahaan. Namun,
karena banyaknya keterbatasan, perhitungan lebih lanjut tidak bisa dilakukan, sehingga
disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan.
PT Usman Jaya Mekar, khususnya divisi Weaving II sebaiknya melakukan
usaha penanggulangan untuk mengatasi penyebab dari kecacatan yang muncul agar dapat
meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi biaya yang diperlukan untuk inspeksi.
Perusahaaan sebaiknya fokus pada penanggulangan pakan balik, karena jenis kecacatan ini
membutuhkan waktu yang paling lama untuk diperbaiki.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1994 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ WIB p/11 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain