Computer File
Studi perbandingan metode pekerjaan pelat lantai dengan precast half slab dan konvensional ditinjau dari segi tata laksana, waktu, dan biaya
Beton precast atau beton pra-cetak adalah komponen struktur beton yang tidak dicetak
atau dicor di tempat biasanya ditempat lain komponen tersebut akan dipasang, dimana proses
pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen plat beton
pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya
menjadi struktur utuh yang terintegrasi. Dalam penulisan skripsi ini akan dibahas mengenai
analisis perbandingan metode pelaksanaan konstruksi pelat lantai dengan metode konvensional
dan precast half-slab (PHS).
Bangunan yang akan dianalisis adalah gedung apartemen Tower D Apartemen Buah Batu
Park, di Jalan Raya Adhyakasa No. I, Buah Batu, Bandung. Bangunan ditinjau dari tata laksananya
dengan kedua metode tersebut dan dibandingkan metode manakah yang lebih efisien.
Dari analisa tata laksana, dikatakan pekerjaan pelat lantai dengan metode precast half-slab
lebih mudah dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini dikarenakan pada pekerjaan
precast half-slab tidak dibutuhkan bekisting yang harus dipasang dan dilepas kembali. Pada
pelaksanaan di lapangan, pelat precast half-slab dapat langsung dipasang dengan menggunakan
tower crane dan diletakan di atas bekisting balok, sehingga dapat digunakan sebagai alas dan
lantai kerja. Selanjutnya dipasang pembesian dan dilakukan pengecoran bagian atas atau topping
off
Waktu pekerjaan gedung ditinjau dari perencanaannya dengan kedua metode.
Pelaksanaan pekerjaan pelat untuk pembuatan satu lantai, dengan menggunakan metode
konvensional membutuhkan waktu selama 4 (empat) hari, sedangkan dengan metode PHS hanya
membutuhkan 2 (dua) hari. Hal ini dapat membuat perbedaan yang signifikan apabila ditinjau
sebesar satu gedung atau banyaknya lantai yang dikerjakan. Perencanaan dengan menggunakan
metode konvensional akan selesai pada tanggal 7 Juli 2010, sedangkan dengan metode PHS akan
selesai pada tanggal 14 Mei 2010, yaitu lebih cepat 57 (lima puluh tujuh) hari dibandingkan
metode konvensional.
Dari hasil analisa didapat total selisih biaya dari pelaksanaan kedua metode tersebut
dengan metode konvensional membutuhkan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan metode PHS,
yaitu apabila ditinjau per lantai maka perbedaan yang terjadi sebesar Rp79.793.848 dengan metode
PHS lebih murah. Sedangkan apabila dibandingkan untuk satu gedung maka terjadi perbedaan
yang sangat besar, yaitu metode PHS lebih murah Rp. 1.585.859.967,00, atau perbandingan dari
kedua metode tersebut sebesar 22,94 %.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp15723 | DIG - FTS | Skripsi | MRK TIM s/10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain