Computer File
Arsitektur tradisional Kampung Nage, Flores
Indonesia adalah bangsa yang sangat kaya dalam keragaman budaya yang
perlu dilestankan. Salah satu kekayaan terbesar Indonesia adalah pada arsitektur tradisionalnya. Pembahasan mengenai arsitektur tradisional send in tidak dapat dilepaskan dan konteks tempat, waktu dan masyarakat dimana ia berada. Pada akhirnya, membangun sebuah rumah dan lingkungan hunian selalu menjadi lebih daripada membangan sebuah tempat berteduh (shelter), tetapi merupakan sebuah 'ritual', dimana berbagai unsur yang ada dalam masyarakat saling mempengaruhi untuk menjadi sebuah lingkungan binaan yang nyaman dan melekat dengan penghuninya. Demikian pula halnya dengan Kampung Nage yang terletak di Desa Danwali, Kecamatan Jerebu'u, Kabupaten Ngada, Flores. Kampung ini terdiri dari 40 rumah, dan hingga kini masih mempertahankan hampir seluruh arsitektur tradisional dan adat
istiadatnya. Kampung-kampung di daerah ini dipercaya sebagai 'anak' dan Gunung Inerie dan Surulaki, begitu pula Kampung Nage. Secara umum, Kampung Nage berbentuk sebuah ruang terbuka memanjang, dimana berbagai simbol adat diletakkan, yang dikelilingi dua deretan rumah (saling berhadapan) dan pepohonan yang membatasi kampung tersebut Ruang terbuka tersebut adalah pusat orientasi rumah - rumah Nage, sekaligus pusat aktivitas bersama seluruh warga kampung (termasuk untuk upacara - upacara adat). Rumah adat Nage berbentuk rumah panggung, dengan alap alang - alang. Setiap rumah tersebut ( yang dipercaya sebagai 'anak - anak' Gunung Inerie dan Surulaki ), memiliki namanya masing - masing, memiliki pasangan dan 'beranak cucu'. Letaknya yang berhadapan semakin melambangkan hubungan yang erat antara pasangan - pasangan rumah tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan dengan survey langsung ke lapangan, ditemukan bahwa arsitektur tradisional ( bentuk, ruang, dan tatanan ) Kampung Nage,
tidak hanya dipengaruhi oleh unsur - unsur fisik ( iklim dan material) tetapi juga unsur-unsur non fisik, yaitu sistem masyarakat, kepercayaan, ritual adat dan kegiatan sehari -
hari masyarakat. Hubungan saling terkait tersebut berpengaruh langsung pada bentukan fisik rumah Nage. One yang merupakan ruang inti rumah, digunakan sebagai area masak, makan, tidur, hingga ritual - ritual adat; pad a akhirnya, bagian inilah yang dapat
dikatakan "rumah" itu sendiri. Berbagai perubahan kini mulai terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Munculnya atap seng, fenomena pemindahan dapur ke bag ian terpisah, penggunaan speaker, parabola dan alat - alat modern lainnya semakin memperkuat dugaan ini.
Sampai kapan arsitektur tradisional Kampung Nage dapat berlahan ? Hanya waktu yang dapat menjawab. Satu yang pasti, sebuah dokumentasi arsitektur menjadi penting dalam hal ini.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp17719 | DIG - FTA | Skripsi | ARS KOS a/07 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain