Computer File
Peranan skybridge dalam perubahan fisik spasial kawasan : objek studi Grand Indonesia, Jakarta
Istilah superblok untuk pertama kalinya digunakan di Amerika Serikat pada pasca
Perang Dunia ke-11. Kota-kota di sana ditata dengan jaringan jalan berupa grid dan
menghasilkan petak-petak tanah yang disebut blok. Kumpulan dari beberapa blok yang
terintegrasi disebut superblok. Fenomena superblok sebagai mixed use development yang kini
mulai banyak bermunculan di kota-kota besar seperti Jakarta, teraplikasi sebagai upaya dalam
mengatasi keterbatasan pencadangan lahan, serta akibat kenaikan harga tanah.
Grand Indonesia menjadi salah satu kompleks multifungsi yang hadir di kota Jakarta
dengan luas daerah perencanaan mencapai 7 ha. Hal tersebut memungkinkan untuk
melakukan perkembangan melalui konsep superblok dengan mengintegrasikan beberapa
fungsi seperti shopping mall, pusat perkantoran, hotel, apartement dan pusat hiburan menjadi
satu kesatuan operasional dan managemen.
Grand indonesia memiliki dua blok daerah perencanaan yang terpisahkan oleh jalan.
Oleh karena itu, sebagai solusi untuk untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi yang terpisah,
digunakan sebuah massa tambahan berupa massa bangunan yang melayang di atas jalan guna
menyambungkan kembali jaringan sirkulasi yang terputus. Massa bangunan tersebut ialah
skybridge yang berfungsi sebagai bangunan komersial layang dan menghubungkan massa
pada blok yang satu dengan massa pada blok di seberangnya.
Kehadiran skybridge sebagai bangunan layang memengaruhi fisik spasial kawasan di
sekitarnya. Peran skybridge sebagai penghubung blok memengaruhi solid void serta orientasi
blok terhadap kawasan. Ruang jalan sebagai ruang terbuka kini tertutupi oleh massa skybridge
dan mengurangi besaran ruang terbuka antar bangunan yang dimiliki kawasan tersebut.
Orientasi blok pada kawasan sudah tidak sepenuhnya menghadap ruang jalan, akan tetapi
dipatahkan dengan orientasi massa skybridge yang tegak lurus dengan jalan.
Sementara peran skybridge sebagai penyatu bangunan dapat terlihat ketika proporsi
massa skybridge itu sendiri mengalahkan proporsi massa yang dihubungkanya, serta ruang
jalan yang berada di bawahnya. Perubahan fisik spasial akibat hadirnya skybridge sebagai
penyatu blok mengindikasikan terjadinya suatu gejala privatisasi ruang publik (ruang jalan) oleh
massa skybridge yang dimiliki oleh kepentingan privat Grand Indonesia.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18071 | DIG - FTA | Skripsi | ARS APR p/09 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain