Computer File
Kenyamanan termal pada bangunan geometrydialogue di Penabur Internasional School Bandung
Desain bangunan yang baik harus tanggap terhadap kondisi iklim yang sesuai di lokasinya. Untuk di Indonesia, desain bangunan harus dapat menyesuaikan dengan iklim tropis yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip bangunan tropis. Adanya penyimpangan dari desain bangunan terhadap konsep tropis dapat menyebabkan terjadinya kegagalan-kegagalan desain, salah satunya ketidaknyamanan pada kondisi termal. Geometry Dialogue merupakan empat bangunan yang dibangun untuk mewadahi fungsi penunjang dari Penabur International School. Konsep bangunan ini yaitu menampilkan bentuk-bentuk geometris dasar. Hal ini berpengaruh pada tampilan elemen-elemen bangunan, seperti pemilihan atap datar serta tidak adanya teritis pada atap dan bidang-bidang bukaan. Tentunya hal tersebut menyimpang dari konsep tropis dan akan berpengaruh terhadap kondisi termal dalam bangunan karena perolehan radiasi yang diterima bangunan akan besar. Selain itu, penggunaan pada kulit bangunan yang didominasi kaca turut meningkatkan temperatur dan radiasi di dalam bangunan. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi bangunan serta wawancara pada pengguna bangunan. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa terdapat kondisi termal yang tidak nyaman pada waktu-waktu tertentu. Proses analisa dilakukan terhadap data hasil observasi dibandingkan dengan literatur yang sesuai dan pengolahan dari hasil pengukuran dengan menggunakan Phsycrometric Chart dan ET Nomogram berupa angka ET (Effective Temperature) yang akan menunjukan kualitas kondisi termal yang terjadi. Setelah dilakukan analisa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kondisi termal pada bangunan Geometry Dialogue, antara lain kondisi tapak dan desain serta elemen pada bangunan. Pada kondisi tapak, adanya massa aula yang tinggi diantara taman timur dan taman barat memberikan pembayangan pada bangunan Geometri Dialogue yang ada di taman tersebut. Pada pagi hari, massa aula membayangi taman barat dan bangunan merah, sedangkan pada sore hari massa aula membayangi taman timur dan bangunan kuning. Hal tersebut cukup efektif dimana terlihat dari hasil pengukuran yang menunjukan kondisi nyaman di kedua bangunan pada saat-saat terbayangi. Ada beberapa desain dan elemen dari bangunan yang cukup berpengaruh untuk memperoleh kondisi termal seperti ketinggian ruang, adanya jalusi-jalusi, atap insulasi, dll. Namun di sisi lain, tidak adanya teritis pada atap dan bukaan, dominasi kaca pada fasad, dan desain lainnya memberikan kondisi yang tidak nyaman ke dalam ruangan. Secara keseluruhan, faktor pembayangan oleh aula menjadi penting pada kondisi termal kedua bangunan Geometry Dialogue tersebut. Desain serta elemen fisik yang dibuat sangat konseptual namun kurang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi iklim tropis yang ada sehingga kurang maksimal dalam menciptakan kenyamanan termal pada ruang dalamnya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18095 | DIG - FTA | Skripsi | ARS FER k/09 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain