Computer File
Terapan arsitektur China pada Vihara Avalokitesvara
Arsitektur tidak dapat dilepaskan dari konteks waktu dan tempat yang mengikatnya. Faktor waktu dan tempat lah yang menghasilkan nilai sejarah pada suatu karya arsitektur. Nilai sejarah merupakan parameter yang bercerita tentang kejayaan karya tersebut pada masanya. Vihara sebagai suatu hasil karya dalam bidang arsitektur tradisional China tentunya dibangun berdasarkan pada berbagai makna filosofi kepercayaan yang diwujudkan dalam rancangan fisik dan spasialnya. Vihara Avalokitesvara di kawasan Banten Lama adalah salah satu vihara tertua di pulau Jawa bahkan Indonesia. Vihara ini mengadaptasi beberapa elemen dari langgam arsitektur tradisional China mengingat fungsi awalnya sebagai tempat peribadahan bagi agama Tri Dharma, yang terdiri dari agama Buddha, Tao, dan Kong Hu Cu. Keberadaan vihara ini di kawasan Banten Lama tergolong unik karena dibangun pada masa kejayaan Kesultanan Sultan Syarief Hidayatullah yang menganut agama Islam. Rancangan arsitektur vihara saat ini vihara ini telah banyak berubah bila dibandingkan dengan rancangan vihara pada awal masa pembangunan. Namun penambahan massa dan ruangnya tetap dirancang berdasarkan sistem ruang dan massa yang diterapkan pada vihara China kuno. Pada elemen-elemen bangunan pun, terapan arsitektur tradisional China masih terlihat kental. Hal ini dapat terlihat pada elemen atap, teritis, kolom, dinding, lantai dan podium. Begitu pula dengan simbolisasi ornamen yang dipakai pada ruang luar dan dalam vihara. Ornamen-ornamen yang digunakan sama dengan ornamen pada vihara China kuno. Keberadaan vihara Avalokitesvara pada kawasan Banten Lama ini juga mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Vihara ini berperan sebagai activity generator bagi masyarakat Tionghoa di kawasan Banten Lama. Setelah vihara didirikan, muncul kampung Pabean yang mayoritasnya adalah masyarakat Tionghoa di bagian Selatan vihara. Hal ini menyebabkan adanya daerah irisan antara kampung Pabean dan permukiman masyarakat asli Banten Lama. Pada daerah irisan tersebut saat ini berdiri mesjid Pecinan Tinggi yang merupakan hasil akulturasi antara 2 budaya yang berbeda. Sebagian besar rancangan vihara Avalokitesvara berkiblat pada langgam arsitektur tradisional China. Hanya beberapa elemen, seperti kolom, dinding dan lantai yang tidak menggunakan sistem dan konsep arsitektur vihara China kuno. Hal ini disebabkan adanya pertimbangan efisien dan efektifitas material yang digunakan. Dengan adanya analisa terapan arsitektur tradisonal China pada vihara ini, diharapkan keberadaan vihara yang tergolong unik ini dapat lebih diperhatikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18119 | DIG - FTA | Skripsi | ARS MUK t/09 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain