Computer File
Konservasi arsitektural pada Museum Geologi, Bandung
Di Indonesia, sebenarnya banyak terdapat bangunan tua yang layak untuk dikonservasi.
Seperti contohnya di Bandung, banyak terdapat bangunan kolonial peninggalan dari pemerintahan
Belanda. Namun sayangnya cara konservasi yang dilakukan terhadap bangunan tua tersebut
seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada sehingga mengakibatkan kerusakan pada
bagian-bagian bangunan. Hal ini melatarbelakangi penelitian mengenai tepat atau tidaknya cara
konservasi yang telah dilakukan terhadap Museum Geologi Bandung.
Penelitian ini didasarkan pada teori konservasi mengenai pendekatan konservasi dan
jenis-jenis konservasi, teori arsitektur Alberti, Undang-Undang dan Peraturan Derab yang terkait,
teori arsitektur museum serta teori arsitektur kolonial dan tradisional Sunda. Pendekatan
konservasi yang digunakan adalah fungsi, nilai kesejarahan, nilai umur dan kelangkaan, dan nilai
teknikal. Prinsip konservasi yang diterapkan pada penelitian ini adalah intervensi seminimal
mungkin.
Analisis kebutuhan konservasi pada Museum Geologi berangkat dari nilai fungsi,
kesejarahan, umur dan kelangkaan, dan teknikal yang digunakan sebagai pendekatan konservasi.
Nilai-nilai ini kemudian dihubungan dengan teori arsitektur Alberti yang terdiri dari aspek
kenyamanan, keindahan dan kekuatan, dan juga elemen-elemen arsitektural yang akan
dikonservasi pada Museum Geologi. Elemen arsitektural yang akan dikonservasi pada Museum
Geologi adalah sistem pencahayaan buatan, sistem penghawaan alami, zoning ruang dan interior
bangunan, ornamen-ornamen asli, keawetan struktur atap, dinding dan lantai bangunan. Masing-masing
elemen arsitektural yang akan dikonservasi dianalisis kebutuhannya berdasarkan
ketentuan-ketentuan dan kondisinya sekarang sehingga didapatkan cara konservasi yang ideal
terhadap Museum Geologi bahwa untuk sistem pencahayaan buatan, zoning ruangan dan interior
diperlukan adaptasi karena kurang sesuai dengan persyaratan sebuah bangunan museum dan tentu
saja diperlukan perawatan. Pada sistem penghawaan alami, ornamen asli bangunan, kondisi atap
dan lantai dapat di preservasi karena kondisinya masih baik dan sesuai dengan ketentuan yang ada
sehingga hanya perlu dipertahankan dengan kondisinya sekarang dan dirawat. Sedangkan pada
bagian kanopi tambahan perlu direstorasi agar tidak merusak karakter dan keindahan dari gaya
arsitektur Museum Geologi dan bagian dinding perlu dikonsolidasi untuk mencegah kerusakan
yang lebih lanjut, yang mungkin akan berakibat pada kerusakan struktur yang dapat
membahayakan orang yang sedang beraktivitas di dalam bangunan tersebut. Jika ditinjau dari cara
konservasi yang ideal dilakukan terhadap Museum Geologi dan dibandingkan dengan cara
konservasi yang selama ini dilakukan terhadap Museum Geologi, maka didapatkan kesimpulan
bahwa cara konservasi yang selama ini dilakukan terhadap Museum Geologi belum tepat.
Sehingga untuk mempertahankan elemen-elemen arsitektural dari Museum Geologi, disarakan
untuk mengikuti cara pelestarian yang ideal, yang telah dipaparkan sebelumnya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18438 | DIG - FTA | Skripsi | ARS-TM 1ARL k/10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain