Computer File
Perancangan ulang ruang terapi bagi anak penyandang autisme secara ergonomis
Autistic Spectrum Disorder adalah gangguan atau keterlambatan
perkembangan dalam kemampuan komunikasi, bicara, emosi, kepandaian, perilaku, dan keterampilan motorik yang berdampak luas pada anak-anak. Penyebab dari kelainan ini sangat kompleks, mulai dari faktor genetik,
lingkungan, immunologi, biologi, dan sebagainya. Menurut Ketua Yayasan Autisme Indonesia, Dr. Melly Budhiman Sp.KJ, sepuluh tahun lalu jumlah penyandang autis di Indonesia sekitar 1 per 5000 anak, dewasa ini sudah
mencapai 3 per 500 anak. Bahkan diprediksikan oleh para ahli, bahwa kuantitas anak autis pada tahun 2010 akan mencapai 60 % dari keseluruhan populasi anak
di seluruh dunia. Untuk mengatasi autisme ini diperlukan suatu terapi yang tepat untuk mengurangi masalah perilaku serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam penggunaan bahasa. Tujuan ini dapat
tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen yang penting. Sayangnya dalam penyediaan ruang terapi, pihak yayasan belum
memberikan perhatian yang serius terhadap kesesuaian antara fasilitas fisik yang tersedia dengan sumber daya yang menggunakannya. Oleh karena itu diperlukan suatu ruang terapi yang memiliki unsur-unsur ergonomis bagi anak
penyandang autisme agar terapi dapat diterapkan secara optimal. Ruang terapi harus disesuaikan dengan kondisi anak penyandang autisme itu sendiri (special needs), karena perilaku anak penyandang autisme berbeda dengan perilaku
anak normal pada umumnya. Perilaku itu sendiri seperti tantrum yang dapat melukai dirinya sendiri, gejala distraksi yang dapat mengganggu konsentrasinya pada saat dilakukan terapi, sistem respirasinya yang kurang baik, dan
sebagainya. Penelitian ini dilakukan di AGCA Center dengan obyek penelitian anak-anak autis yang berumur 4-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi ruang terapi perilaku yang sekarang dari sudut pandang
ergonomi. Dari evaluasi tersebut akan dirancang alternatif ruang terapi perilaku yang ergonomis dan memenuhi special needs bagi anak autis yang bertipe hypoactive dan hyperactive. Anak autis hypoactive memiliki sifat dasar yang
pendiam, sedangkan anak autis hyperactive memiliki sifat dasar yang exciting (tidak bisa diam). Perancangan ini dilakukan dengan metoda product design dan
teori ergonomi. Ruang terapi yang dirancang merupakan ruang untuk terapi perilaku yang memperhatikan faktor lingkungan, yaitu pencahayaan, kebisingan, warna, suhu, kelembaban udara, dan safety. Setiap alternatif rancangan memiliki
perbedaan pada fasilitas meja, kursi, peredam suara, AC atau exhaust fan, dan warna. Setiap alternatif rancangan tersebut kemudian dilakukan validasi oleh user sekunder (terapis) untuk mendapatkan ruang terapi yang ideal dengan
metode focus group. Dari hasil validasi tersebut dihasilkan dua jenis ruang terapi perilaku bagi anak autis hypoactive dan hyperactive, dimana perbedaan kedua jenis rancangan ruang terapi perilaku tersebut terletak pada fasilitas meja, kursi, danwama.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp19702 | DIG - FTI | Skripsi | TI SET p/05 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain