Computer File
Peningkatan kadar etanol dalam campuran etanol-air menggunakan adsorben selektif
Penggunaan bahan bakar kendaraan (khususnya bensin) secara terus menerus menyebabkan persediaan sumber daya alam yang tidak terbaharui semakin menipis. Sudah banyak cara yang telah dikembangkan untuk mencari bahan alternatif sebagai pengganti bahan bakar tersebut. Salah satu bahan yang telah ditemukan dan dikembangkan yaitu biodiesel. Selain biodiesel, ada juga bioetanol yaitu etanol yang dibuat dari bahan alam terbarukan yang berkarbohidrat melalui proses fermentasi. Bioetanol ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena CO, hasil pembakaran bioetanol lebih sedikit daripada bensin. Selain itu, bahan baku untuk membuat bioetanol dapat dibilang tersedia sangat banyak karena bioetanol dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Hal ini sangat didukung dengan keberadaan negara Indonesia yang merupakan negara agraris. Dengan sumber daya alam yang tersedia begitu melimpah maka sangat diharapkan ketergantungan terhadap bahan bakar dari sumber daya alam yang tidak dapat dibaharui dapat dikurangi dengan cara menggantinya dengan bioetanol. Bioetanol dipasarkan dalam bentuk campuran dengan bensin, diantaranya E10 atau E85 yang merupakan campuran dari etanol (10% atau 85%) dengan bensin (90% atau 15%). Etanol yang digunakan untuk campuran tersebut harus dalam keadaan yang murni . Namun, campuran antara etanol-air merupakan campuran azeotrop sehingga kadar etanol yang tertinggi dari proses distilasi biasa hanya berkisar antara 95%. Etanol dengan kadar yang tinggi dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, diantaranya dengan menambahkan bahan (enlrainer) ke dalam campuran etanol-air. Bahan tambahan (enlrainer) yang digunakan bermacam-macam, misalnya benzen atau isooktan. Setelah penambahan entrainer ini, larutan didistilasi kembali sehingga akan didapatkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi. Selain penambahan entrainer, ada juga yang menggunakan adsorben untuk menyerap air dari campuran etanol-air. Adsorben yang digunakan bermacam-macam, misalnya menggunakan silika gel atau zeolit.
Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan dengan menggunakan adsorben molecular sieve 4A untuk menyerap air dari campuran etanol-air. Percobaan penyerapan air menggunakan adsorben zeolit dilakukan pada dua fasa yang berbeda, yaitu pada fasa cair dan fasa uap. Untuk adsorpsi rasa cair, 100 mL campuran etanol etanol air dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi molecular sieve 4A yang massanya divariasikan antara 1-5 gr lalu diaduk menggunakan shaker selama selang waktu 1-5 jam. Sedangkan untuk adsorpsi fasa uap, campuran etanol-air dalam labu bundar dididihkan sampai suhu 80°C menggunakan waterbath sehingga terbentuk uap etanol yang kemudian
dialirkan ke kolom adsorben yang telah diisi oleh molecular sieve 4A dan diharapkan air yang berada pada uap etanol dapat teradsorp. Fasa uap yang telah melewati kolom adsorben kemudian dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan lalu dianalisis. Kadar etanol dalam campuran ditentukan dengan cara mengukur densitas larutan dan menggunakan Karl-Fischer titrators. Dari percobaan ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu kenaikan jumlah adsorben menyebabkan konsentrasi etanol meningkat, namun karena jumlah adsorben yang digunakan masih sedikit maka kenaikan yang terjadi masih sedikit pula. Selain itu, semakin lama waktu adsorpsi maka konsentrasi etanol pun akan meningkat terus sampai adsorben menjadi jenuh. Molecular sieve 4A dapat menyerap air antara 17-23 gr air/100 gr adsorben. Sedangkan untuk percobaan adsorpsi fasa uap, suhu adsorben tidak boleh pada suhu kamar melainkan harus berada pada titik didih etanol.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp21853 | DIG - FTI | Skripsi | TK BUN p/07 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain