Computer File
Pengaruh kondisi operasi fat splitting pembuatan sabun dari minyak kemiri
Kemiri merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang banyak
dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan. Kemiri memiliki
kandungan minyak sebesar 60%-berat. Sebagai sumber minyak nabati yang
potensial, minyak kemiri memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun seperti yang hendak dilakukan
pada penelitian ini. Asam lemak yang dominan terdapat dalam minyak kemiri
asam linoleat dan linolenat. Keduanya dapat berkhasiat untuk melembutkan kulit.
Berangkat dari kenyataan tersebut, tentunya memanfaatkan minyak kemiri sebagai
bahan baku pembuatan sabun merupakan suatu hal yang menjanjikan ditambah
lagi ketersediaannya yang cukup melimpah di negeri ini.
Penelitian yang dilakukan terdiri dari 3 tahap, yakni ekstraksi minyak dari
biji kemiri,fat splitting, dan reaksi penyabunan/saponifikasi. Pada tahap ekstraksi
minyak kemiri, metode yang digunakan adalah hydraulic pressing pada suhu
kamar sehingga diperoleh minyak kemiri kasar yang selanjutnya digunakan
sebagai bahan baku proses fat splitting.
Pada pembuatan sabun, proses fat splitting merupakan salah satu tahap
yang penting untuk keberhasilan produksi sabun. Pada penelitian ini dilakukan fat
splitting dengan 2 metode. Metode yang pertama yakni menggunakan autoclave
dengan tekanan dan suhu tinggi. Kondisi operasi yang diamati pada metode
autoclave fat splitting yaitu tekanan operasi (10 dan 13 psi) sedangkan pada
hidrolisis berkatalis asam, kondisi operasi yang diamati pada adalah jenis asam
(HCl dan H2S04), konsentrasi asam (0,5 dan 0,8 N), jumlah asam (0,5 dan 1%),
waktu reaksi (I dan 3) jam serta suhu reaksi (80 dan lOO°C). Rancangan
percobaan yang digunakan adalah 2^5-1 faktorial untuk hidrolisis berkatalis asam.
Respon yang diamati pada kedua metode adalah konversi asam lemak (diwakili
oleh besarnya bilangan asam) serta yield sabun.
Penyabunan minyak hasil fat splitting dilakukan dengan menggunakan
reagen NaOH. NaOH ditambahkan sesuai dengan besarnya bilangan penyabunan
kemudian dibuat berlebih sebesar 1% untuk menjamin agar semua asam lemak
habis bereaksi. Reaksi ini dilangsungkan pada suhu 75 C dan tekanan ruang.
Sabun yang dihasilkan kemudian dianalisis kadar airnya guna menghitung yield
sabun dalam basis kering nantinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada metode autoclave peningkatan
tekanan justru menurunkan bilangan asam minyak serta yield sabun. Pada metode
hidrolisis berkatalis asam, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap bilangan
asam adalah jenis asam dan suhu. Untuk jenis asam, bilangan asam lebih besar
pada jenis asam HCl sedangkan untuk variabel suhu, bilangan asam lebih besar
pada suhu 100°C. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap yield sabun
adalah jumlah dan jenis asam. Untuk variabel jumlah asam, yield sabun lebih
besar diperoleh dari minyak yang dihidrolisis dengan jumJah asam 1% sedangkan
untuk jenis asam, yield sabun lebih besar diperoleh dari minyak yang dihidrolisis
menggunakan katalis HCl.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp22076 | DIG - FTI | Skripsi | TK SUS p/11 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain