Computer File
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di Pasar Eropa Barat
Dewasa ini perdagangan luar negeri merupakan aspek penting dalam perekonomian setiap
negara. Begitu juga dengan Indonesia. Perdagangan luar negeri bukan hanya membidik
masyarakat di negara lain sebagai pasar hasil-hasil produksi, tapi juga berkaitan dengan
pengadaan barang modal untuk memacu industri dalam negeri. Pada awalnya ekspor migas
menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Namun, peranan migas tersebut
semakin menurun dan sebagai gantinya pemerintah menggalakkan ekspor non migas. Salah
satu komoditi andalan ekspor non migas adalah kelapa sawit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ekspor minyak sawit di pasar Eropa Barat. Negara-negara Eropa Barat merupakan negara-negara
pengimpor tradisional minyak sawit dan sebagian besar ekspor minyak sawit
Indonesia ditujukan ke negara-negara tersebut.
Dengan menggunakan fungsi permintaan berdasarkan teori permintaan dan teori
perdagangan internasional dan diestimasi dengan metode ekonometrika Ordinary Least
Square (OLS), diperoleh hasil : LnQdx = -19.283 - 0.5811nPx + 0.777lnPy - 0.3971nY -
1.662lnER dengan DW-stat = 2.008688; R^2 = 0.780604; dan F-stat = 4.44745. Dari hasil
estimasi diketahui bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
harga CPO di pasar internasional; harga minyak kedelai sebagai barang substitusi;
pendapatan negara-negara pengimpor CPO Indonesia di Eropa Barat; dan nilai tukar
(exchange rate) mempengaruhi permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di pasar Eropa
Barat sebagai variabel terikat selama periode 1987-1996 pada tingkat kepercayaan yang
berbeda.
Koefisien regresi dari harga CPO dunia sebesar -0.581 menunjukkan bahwa elastisitas
permintaan terhadap harga CPO inelastis dengan arah yang berlawanan. Koefisien regresi
dari harga minyak kedelai dunia adalah 0.777 menunjukkan bahwa elastisitas silang dari
permintaan dan hubungan yang positif menunjukkan minyak kedelai merupakan barang
substitusi dari CPO. Koefisien regresi dari pendapatan negara-negara pengimpor -0.397
menunjukkan bahwa elastisitas permintaan terhadap pendapatan inelastis dan CPO adalah
barang inferior. Sedangkan, koefisien regresi dari nilai tukar sebesar -1.662 menunjukkan
elastisitas permintaan terhadap nilai tukar (exchange rate) elastis.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp386 | DIG - FE | Skripsi | SP RIS f/01 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain