Computer File
Penerapan common effective preferential tariff scheme terhadap daya saing industri tekstil Indonesia Tahun 1990-2000
Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) memifiki
tujuan untuk meningkatkan daya saing negara-negara anggota di pasar internasional.
Melalui Skema CEPT, bea tarif semua komoditi perdagangan yang disepakati dari seluruh
negara anggota diturunkan sampai mendekati 5% - 0% pada tahun 2003. Terdapat dua
program penurunan tarif yang dilakukan terhadap produk-produk yang termasuk dalam
Skema CEPT, yaitu program jalur cepat (fast track) dan program jalur normal(normal track).
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang tergolong dalam penurunan tarif program
jalur cepal. Dalam proses produksinya, Industri tekstil Indonesia diproteksi oleh pemerintah
sehingga penefiti tertarik untuk melihat seberapa besar perlindungan yang diberikan
pemerintah dan melihat bagaimana perkembangan daya saingnya pada saat bea tarif impor
diturunkan, seisin: itu juga melihat bagaimana hubungan entete tingkat proteksi efektif
dengan daya saing.
Tingkat Proteksi Efektif (TPE) menunjukkan berapa banyak proteksi yang
diberikan pemerintah bagi proses produksi domestik dalam menghadapi persaingan produk
impor sejenis. TPE dapat dihitung dengan menggunakan rumus proteksi efektif yang dipakai
dalam perdagangan internasional, sedangkan perhitungan daya saing dilakukan dengan
menggunakan metode RCA. UntuK melihat hubungan yang terjadi diantara kedua variabel
tersebut, penulis melakukan pengujian dengan menggunakan uji koeffisien korelasi rank
spearman. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan periode waktu penelitian
dari 1990-2000. Pemilihan waktu ini disebabkan program jalur cepat pada Skema CEPT
sudah dilaksanakan pada 1993 dan berakhir pada tahun 2000.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa selama periode
penelitian tingkat proteksi efektif yang diterima produsen pada industti tekstil mengalami
penurunan dari 32.02% pada tahun 1990 menjadi 4.94% pada tahun 2000. Selama periode
penelitian, industri tekstil Indonesia selalu memiliki daya saing, yang ditunjukkan melalui
indeks RCA yang selalu diatas satu. Indeks RCA tertinggi terjadi pada tahun 1992 dengan
indeks sebesar 2.5162 dan berada pada titik terendah pada tahun 1997, yaitu 1.3065. Angka
koeffisien rank spearman, rs, yang dihasilkan adalah 0.67727. Melalui uji signifikansi dua
arah dengan a = 0,05 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
proteksi efektif dengan daya saing. Akan tetapi hubungan tersebut adalah hubungan tidak
langsung karena adanya penurunan tingkat proteksi efektif tidak menyebabkan penurunan
daya saing.
Dalam memasuki perdagangan bebas, disarankan agar para produsen
dapat lebih meningkatkan kualitas produk sehingga para konsumen yang telah ada selama
ini tidak beralih ke produk pesaing. Selain itu juga disarankan untuk dapat lebih
memngkatkan pelayanan kepada konsumen, seperti mempermudah proses pendistribusian,
lebih memperhatikan ketepatan waktu dalam pengiriman, penanganan yang lebih baik dan
cepat terhadap keluhan konsumen, serta melakukan survey yang lebih akurat untuk dapat
mengetahui apa yang menjadi kebutuhan pasar sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi
dengan cepat.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp512 | DIG - FE | Skripsi | SP LAN p/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain