Computer File
Pengaruh Tarif CEPT, Upah, dan Nilai Tukar Terhadap Daya Saing Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Periode 1988 - 2002
Pada KTT ASEAN tabun 1992 negara-negara anggota ASEAN sepakat membentuk ASEAN Free
Trade Area (AFTA), dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing komoditas negara-negara anggota
ASEAN melalui skema penurunan tarif yaitu Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Salah satu
industri nasional yang berpeluang untuk mendapat keuntungan dari penerapan tarif CEPT adalah
industri tekstil dan produk tekstil (TPT), dimana industri TPT di Indonesia telah menjadi industri yang
mapan sejak mengalami perkembangan yang pesat pada awal tahun 80-an.
Walaupun industri TPT nasional memiliki peluang yang sangat baik di pasar internasional
dengan diberlakukannya tariff CEPT, namun laju pertumbuhan ekspornya kini mulai menurun.
Penurunan kinerja ekspor TPT Nasional di pasar dunia dapat menunjukan adanya penurunan pada
tingkat daya saingnya. Menurut ketua umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Dipl.Ing. Benny
Soetrisno penurunan daya saing TPT Indonesia kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan beban
biaya produksi khususnya akibat dari meningkatnya tingkat upah di dalam negeri dan adanya fluktuasi
nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Penelitian ini menganalisa perkembangan daya saing TPT di Indonesia dengan negara Thailand
sebagai negara pembanding, serta pengaruh skema tarif CEPT, Upah, dan Nilai tukar terhadap daya
saing TPT di Indonesia dan Thailand periode 1988-2002. untuk mengukur tingkat daya saing digunakan
perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA). Selanjutnya dengan menggunakan regresi OLS
maka RCA dijadikan variabel dependen, sedangkan Tarif CEPT, Upah, dan Nilai tukar dijadikan variabel
Independen.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Indonesia dan Thailand masih memiliki daya saing pada
komoditas TPT-nya, dimana sejak tahun 1993 Indonesia memiliki tingkat daya saing yang lebih tinggi
dari Thailand. Pada tahun 2002 tingkat daya saing TPT Indonesia mengalami penurunan kembali,
sedangkan Thailand mengalami peningkatan hingga mendekati tingkat daya saing TPT Indonesia. Dari
hasil regresi didapatkan hasil bahwa penurunan tarif CEPT di lndanesia mampu meningkatkan tingkat
daya saing TPT Indonesia, sedangkan penurunan tarif CEPT di Thailand berpengaruh sebaliknya.
Peningkatan upah pada setiap tahunnya berpengaruh negatif di kedua negara, yang berarti tingkat upah
di kedua negara telah menghambat laju daya saing TPT-nya. Variabel nilai tukar di kedua negara
berpengaruh positif, dimana hal tersebut menunjukan hahwa terapresiasinya nilai mata uang terhadap
US Dollar akan menurunkan tingkat daya saing TPT-nya.
Dari penelilian ini dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih memiliki daya saing yang baik
pada produk TPT. Penerapan tarif CEPT cukup berhasil dalam meningkatkan daya saing produk TPT
Indonesia, namun hingga tahun 2002 nampaknya daya saing cenderung menurun akibat dari semakin
meningkatnya tingkat upah dan adanya depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp542 | DIG - FE | Skripsi | SP YUD p/04 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain