Computer File
Penggunaan job order costing sebagai dasar dalam penentuan harga pokok produksi pada P.D. Karya Super, Bandar Lampung : studi kasus pada Divisi Sofa dan Bed P.D. Karya Super, Bandar Lampung
Selaras dengan program pemerintah dalam menggalakkan ekspor nonmigas, maka industri furnitur merupakan salah satu jenis industri non-migas yang perkembangannya didukung oleh pemerintah, karena dipandang cukup potensial dalam meningkatkan pendapatan negara serta menyediakan lapangan pekerjaan yang baik.
Dalam usahanya untuk dapat bertahan dan berkembang dalam industri furnitur, maka perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini yaitu P.D. Karya Super, harus dapat merencanakan, mengorganisasi, dan mengendalikan semua kegiatannya dengan cermat, termasuk didalamnya adalah pengendalian biaya. Adapun salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu mengendalikan biaya adalah penetapan harga pokok produksi yang tepat. Bila metode penetapan harga pokok produksi dapat diandalkan, maka manajemen dapat mendapatkan informasi yang akurat. Dengan demikian pengendalian biaya dapat dilakukan dengan cermat untuk memberikan umpan balik bagi pihak manajemen sehingga pada akhirnya dapat mengarahkan operasi perusahaan kepada tingkat efisiensi yang optimal. Selain itu informasi mengenai harga pokok produksi juga bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pembeli atau pelanggan.
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, diketahui bahwa perusahaan telah melakukan akumulasi biaya secara terpisah untuk setiap pesanan, dengan demikian harga pokok produksi pesanan telah dapat dihitung secara individual (per pesanan). Dalam menghitung harga pokok produksinya, perusahaan telah menggolongkan biaya yang terjadi ke dalam dua golongan, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung (biaya overhead pabrik).
Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan asesoris, dan upah tenaga kerja langsung. Untuk perhitungan biaya bahan baku dan biaya bahan asesoris dilakukan berdasarkan laporan produksi rangka dan laporan produksi sofa, yang berisi mengenai jenis dan jumlah bahan baku dan bahan asesoris yang digunakan berikut harganya. Sedangkan upah tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan suatu tarif per produk, yang dibayarkan seminggu sekali. Penentuan tarif per produk berdasarkan tingkat kesulitan produk yang dikerjakan (tabel 4.7; tabel 4.8; tabel 4.9; tabel 4.10).
Untuk biaya overhead pabrik yang digunakan oleh perusahaan adalah biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi pada akhir bulan. Hal ini mengakibatkan pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan menjadi kurang adil dan kurang tepat, karena ada unsur-unsur biaya overhead pabrik yang terjadi pada bulan-bulan tertentu saja (tunjangan dan peralatan mesin/sparepart). Selain itu penggunaan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi ini mengakibatkan harga pokok produksi baru dapat diketahui pada akhir bulan, dimana ha1 ini akan menyulitkan manajer dalam melakukan pengendalian biaya, karena apabila terjadi penyimpangan biaya baru dapat diketahui pada akhir bulan yang mungkin sudah terlambat untuk diarnbil tindakan koreksi.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis pada divisi sofa dan bed P.D. Karya Super, maka dapat dikatakan bahwa metode job order costing belurn sepenuhnya berperan sebagai alat bantu manajemen dalam menetapkan harga pokok produksi. Karena masih ditemukannya kekurangan-kekurangan yang dapat menghambat efisiensi dalam penetapan harga pokok produksi pada perusahaan.
Untuk membantu mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, pertama penulis mencoba menyarankan agar dalam membebankan biaya overhead pabrik kepada pesanan sebaiknya perusahaan menggunakan biaya overhead yang ditetapkan di muka, sehingga harga pokok produksi dapat segera diketahui segera setelah pesanan selesai dikerjakan. Dengan digunakannya biaya overhead pabrik yang ditetapkan di muka, maka pembebanannya kepada produk akan lebih adil dan lebih tepat karena unsur-unsur biaya overhead pabrik yang hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu akan dialokasikan secara merata setiap bulan. Selain itu dengan digunakannya tarif biaya overhead pabrik yang ditetapkan di rnuka juga akan membantu perusahaan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi untuk menetapkan harga jual kepada pembeli atau pelanggan. Kedua, sebaiknya perusahaan melakukan analisis selisih terhadap biaya overhead pabrik yang ditetapkan di muka dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi setiap akhir bulan, agar dapat segera diketahui bila terjadi penyimpangan dan menjadi feedback bagi perusahaan. Ketiga, agar anggaran biaya overhead pabrik mendekati kenyataan yang terjadi sebaiknya perusahaan terus-menerus melakukan kontrol dan melakukan revisi jika memang diperlukan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp2395 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ HAK p/00 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain