Computer File
Peranan manajemen piutang dagang dalam meningkatkan likuiditas dan rentabilitas pada PT. Dwimulya Tatatunggal
Di era globalisasi persaingan antar perusahaan di dalam industri semakin
ketat. Hal ini selalu terjadi di dalam semua industri termasuk di industri tekstil. Pada
umumnya di industri tekstil, perusahaan menjual hasil produksinya dengan kredit. Penjualan
kredit yaitu penjualan hasil dimana penyerahan barang dilakukan sekarang dan pembayaran
dilakukan di kemudian hari sesuai dengan perjanjian pembeli dan penjual. Transaksi ini
menimbulkan piutang dagang bagi perusahaan. Piutang dagang menimbulkan cost dan
benefit bagi perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan, akan tetapi piutang dagang juga dapat
menimbulkan piutang dagang yang tak tertagih sehingga merugikan perusahaan. Masalah
piutang dagang erat hubungannya dengan likuiditas dan rentabilitas perusahaan. Apabila
terlalu banyaknya uang kas perusahaan yang tertanam di dalam piutang dagang maka akan
menyebabkan perusahaan kesulitan untuk memnuhi kewajiban jangka pendeknya yang
telah jatuh tempo, disamping itu perusahaan juga kesulitan untuk membeli operating assetnya
sehingga mengakibatkan penurunan volume penjualan perusahaan yang pada akhirnya
akan menurunkan laba perusahaan.
Piutang dagang merupakan salah satu investasi jangka pendek
perusahaan. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang dagang
yang dilakukan perusahaan adalah volume penjualan kredit, syarat pembayaran penjualan
kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit, kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
dagang, kebiasaan membayar dari para pelanggannya. Piutang dagang membutuhkan
manajemen yang baik di dalam pelaksanaannya. Manajemen piutang dagang menyangkut
masalah pemberian kredit kepada pelanggan (credit selection), penentuan standar kreditnya
(credit standart), penentuan jangka waktu pemberian credit (credit terms), dan penagihan
piutang dagang (credit collection ). Untuk mengukur manajemen piutang dagang yang efektif
serla mengevaluasi penagihan piutang perusahaan dapat digunakan Average Collection
Period dan Receivable Turnover. Untuk mengetahui dan mengevaluasi kemampuan
perusahaan dalam hai memenuhi kewajiban jangka pendeknya dapat dilakukan analisis
likuiditas dengan terlebih dahulu menghitung Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick Ratio.
Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba maka dapat diguriakan analisis rentabilitas dengan memanfaatkan perhitungan Net
Profit Margin, Return On Investment dan juga menggunakanOperating Asset Turnover.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini
adalah metode analisis deskriptif, yaitu menggunakan data yang diperoleh dari penelitian
baik dengan menggunakan teknik preliminary research ( penelitian pendahuluan ) dan field
research (penelitian lapangan) berupa wawancara dan pengamatan, kemudian dikumpulkan
dan disusun secara sistematis untuk selanjutnya dianalisis.
Manajemen piutang dagang pada PT. Dwimulya Tatatunggal berperan
meningkatkan likuiditas khususnya kas perusahaan yang menjadi lebih besar. Dengan
kebijakan menaikan cash discount kepada para pelanggan mengakibatkan para pelanggan
lebih memilih untuk membayar tunai sehingga besar account receivable perusahaan
menurun. Akibatnya average collection period dan account receivable turnover menjadi lebih
kecil. Likuiditas perusahaan yang sangat rendah pada tahun 2000 ditandai dengan uang
kas yang kecil yaitu 0,62% dari seluruh total aset kemudian dapat ditingkatkan menjadi
4,24% pada tahun 2001. Current ratio dan cash ratio pada tahun 2001 meningkat 3,08% dan
617% dibandingkan tahun 2000. Akan tetapi peranan manajemen piutang dagang pada PT.
Dwimulya Tatatunggal kurang berperan di dalam meningkatkan rentabilitasnya. Hal ini
didasarkan pada perhitungan total asset turnover yang menurun. Penurunan account
receivable yang terjadi diimbangi perusahaan dengan berinvestasi di dalam aktiva tetap
(5,6%) akibatnya terjadi peningkatan di dalam total aktiva. Peningkatan ini tidak diikuti oleh
peningkatan total sales perusahaan, sehingga menyebabkan total asset turnover
perusahaan menurun. Sedangkan kenaikan net profit margin dan ROA perusahaan, lebih
dikarenakan perusahaan lebih efisien dalam beroperasi dan peningkatan di daiam
penghasilan lain-lain perusahaan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp3052 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ LAK p/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain