Computer File
Penilaian kinerja keuangan PT Kimia Farma Tbk. berdasarkan ukuran finansial tradisional dan konsep value based management
Banyak perusahaan tiba-tiba runtuh ketika negeri ini dihempas badai krisis moneter
dan ekonomi yang tak berkesudahan. Namun ada juga perusahaan yang mampu bertahan,
bahkan bisa tumbuh dan berkembang. Semua itu tentu ada taktik dan strateginya. Salah
satu kuncinya adalah pengelolaan kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Untuk
mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja keuangan, staf keuangan
perusahaan perlu diberi alat analisis yang tepat dan konsisten dengan tujuan perusahaan
memaksimalisasi nilai pemegang saham.
Menjelang privatisasi tahap II PT Kimia Farma Tbk. yang direncanakan akan dilakukan
pada bulan Agustus 2002, pihak manajemen Perusahaan perlu mengetahui apakah pihak
manajemen telah mampu menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya, diteropong dari
kinerja keuangan historis. Untuk menilai baik buruknya kinerja keuangan perusahaan
berdasarkan penciptaaan nilai bagi pemegang saham, harus diukur dengan alat ukur yang
sesuai. Alat ukur kinerja keuangan dengan tolok ukur ukuran finansial tradisional tidak
memadai untuk menilai hal tersebut. Oleh karena itu Penulis melengkapinya dengan alat-alat
ukur yang ada pada konsep Value Based Management, seperti Economic Value Added, Free
Cash Flow, dan Cash Flow Return on Investment untuk menilai kinerja keuangan
berdasarkan tolok ukur nilai pemegang saham. Dari ketiga alat ukur yang dipakai pada
penelitian ini, kemudian diidentifikasi manakah yang penulis sarankan bagi pihak manajemen
untuk mengevaluasi kinerja keuangan Perusahaan di masa mendatang.
Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus untuk menilai kinerja keuangan PT Kimia
Farma Tbk. dari tahun 1999-2001 berdasarkan tolok ukur ukuran finansial tradisional dan
nilai pemegang saham. Secara umum, kinerja keuangan PT Kimia Farma Tbk. pada tahun
1999 kurang baik akibat struktur keuangan dan tingkat likuiditas Perusahaan tidak optimal.
Pada tahun 2000, kinerja keuangan dinyatakan baik dan cenderung meningkat. Sampai
tahun 2000, Perusahaan masih disokong oleh Pemerintah Indonesia dengan diberikannya
subsidi bagi pengadaan obat generik sehingga mempertahankan harga jual di bawah harga
pasar. Pada tahun 2001, PT Kimia Farma Tbk. menjadi independen dari Pemerintah
Indonesia akibat dilakukannya privatisasi. Pengadaan obat generik dialihkan kepada
Indofarma, sehingga tidak ada lagi subsidi bagi pengadaan obat generik. Penjualan bersih
Perusahaan mengalami penurunan yang mengakibatkan turunnya laba operasional bersih
setelah pajak. Sementara itu modal ekuitas semakin meningkat. Berdasarkan tolok ukur
ukuran finansial tradisional dan nilai pemegang saham, kinerja keuangan PT Kimia Farma
Tbk. tahun 2001 dikatakan kurang baik. Oleh karena itu sebaiknya pihak manajemen
menunda rencana privatisasi tahap II sampai kinerja keuangan Perusahaan dapat
ditingkatkan. Bagaimanapun kurang baiknya kinerja keuangan PT Kimia Farma Tbk. masih
dapat dimaklumi mengingat Perusahaan masih berada dalam proses privatisasi. Dana
ekuitas hasil penjualan saham perdana Perusahaan sebaiknya digunakan untuk membiayai
usaha-usaha yang dapat meningkatkan penjualan bersih Perusahaan dan usaha-usaha yang
dapat menekan biaya operasional Perusahaan seperti investasi pada sistem teknologi
informasi. Peningkatan penjualan dan efisiensi biaya akan meningkatkan laba operasional
bersih setelah pajak. Tingginya laba bersih melebihi jumlah investasi yang ditanamkan akan
menghasilkan pengembalian ekonomis sehingga menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Dengan demikian, investor publik akan lebih tertarik untuk membeli saham PT Kimia Farma
Tbk. pada saat penawaran umum Tahap II.
Bagaimanapun alat ukur finansial tradisional masih tetap diperlukan untuk menilai
tingkat likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas Perusahaan. Hanya saja pihak
manajemen PT Kimia Farma Tbk. perlu melengkapinya dengan alat ukur yang tersedia pada
konsep Value Based Management untuk menilai kemampuan Perusahaan menciptakan nilai
bagi pemegang saham. Penulis menyarankan untuk menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) dengan pertimbanqan tingkat kompleksitas penghitungan nilai EVA masih
dapat diatasi oleh pihak manajemen PT Kimia Farma Tbk.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp3181 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ SUS p/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain