Computer File
Activity-Based Costing dalam pembebanan biaya pemasaran ke daerah pemasaran untuk memfokuskan kegiatan pemasaran di PT. 'X'
PT. 'X', yang bergerak dalam industri tekstil, menghadapi persaingan usaha
yang ketat dan membatasi kegiatan pemasarannya pada kegiatan-kegiatan yang
menguntungkan saja. PT.'X' karenanya memerlukan informasi finansial yang dapat
digunakan untuk memfokuskan kegiatan pemasarannya agar efektif dan efisien.
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif
analitis mengenai pembebanan biaya pemasaran ke daerah pemasaran dengan activity-based
costing dan penggunaan hasil pembebanan biaya itu untuk memfokuskan kegiatan
pemasaran PT.'X'. Penulis mengumpulkan, menyusun, dan menganalisis data sehingga
didapat gambaran yang cukup jelas mengenai keadaan PT. 'X' untuk kemudian dijadikan
dasar untuk memberikan saran terutama tentang fokus kegiatan pemasaran.
PT. 'X' selama ini memfokuskan kegiatan pemasarannya dengan
menggunakan informasi finansial yang berupa nilai penjualan dan laba kotor. Daerah dengan
nilai penjualan dan laba kotor terbesar dianggap sebagai daerah yang paling menguntungkan.
Informasi nilai penjualan dan laba kotor masing-masing daerah pada setiap kuartal tahun
2003 menunjukkan bahwa urutan daerah dari yang paling menguntungkan hingga yang
paling kurang menguntungkan pada kuartal I, II, dan IV adalah Surabaya, Jakarta, Bandung,
dan Lainnya, sedangkan pada kuartal III adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Lainnya.
Informasi urutan daerah berdasarkan nilai penjualan dan laba kotor tersebut tidak tepat
karena daerah yang memiliki nilai penjualan dan laba kotor yang terbesar belum tentu
merupakan daerah yang paling menguntungkan, sebab setiap daerah mengkonsumsi biaya
pemasaran secara berbeda dan jumlahnya tidak proporsional dengan nilai penjualan atau laba
kotor dari daerah tersebut. Penulis karenanya membebankan biaya pemasaran ke daerah
pemasaran dengan menggunakan activity-based costing, kemudian mengurangkan biaya
pemasaran dari laba kotor masing-masing daerah sehingga didapat laba usaha masing-masing
daerah, dan selanjutnya menghitung persentase laba usaha terhadap nilai penjualan
masing-masing daerah. Pada kuartal I biaya pemasaran sebesar Rp 572.274.127,00 atau
2,7% dari total nilai penjualan dibebankan ke setiap daerah pemasaran, yaitu ke daerah
Bandung Rp 104.583.515,04 atau 2,1% dari nilai penjualan Bandung; Jakarta Rp
159.564.904,68 atau 2,6%; Surabaya Rp 197.352.733,84 atau 3%; dan Lainnya Rp
110.772.973,44 atau 2,9%. Biaya pemasaran itu dikurangkan dari laba kotor masing-masing
daerah sehingga didapat laba usaha daerah Bandung Rp 720.252.404,46 atau 14,5% dari
nilai penjualannya; Jakarta Rp 848.516.055,34 atau 13,9%; Surabaya Rp 864.616.524,29
atau 13,2%; dan Lainnya Rp 518.999.294,37 atau 13,7%. Persentase laba usaba tersebut
menunjukkan urutan daerah dari yang paling menguntungkan hingga yang paling kurang
menguntungkan pada kuartal I adalah Bandung, Jakarta, Lainnya, dan Surabaya. Persentase
laba usaha terhadap nilai penjualan masing-masing daerah pada setiap kuartal tahun 2003
menunjukkan bahwa urutan daerah dari yang paling menguntungkan hingga yang paling
kurang menguntungkan adalah Bandung, Jakarta, Lainnya, dan Surabaya
Urutan daerah yang diperoleh penulis tersebut se1anjutnya dapat digunakan
untuk memfokuskan kegiatan pemasaran PT. 'X' di masa yang akan datang yaitu dengan
memprioritaskan tindakan mempertahankan dan meningkatkan laba pada daerah yang lebih
menguntungkan terlebih dahulu. PT.'X' dengan demikian dapat menggunakan informasi
finansial yang diperoleh dari analisis biaya pemasaran menurut daerah pemasaran untuk
memfokuskan kegiatan pemasarannya Informasi tersebut sebaiknya digunakan bersamaan
dengan informasi nonfinansial seperti karakteristik pelanggan di setiap daerah yang
menyebabkan perbedaan biaya pemasaran yang dikonsumsi setiap daerah. PT. 'X' juga
sebaiknya membebankan biaya pemasaran dengan menggunakan activity-based costing
karena sesuai. dengan karakteristik sebagian besar biaya pemasaran yang tidak memiliki
hubungan yang jelas dengan volume produksi atau volume penjualan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp3622 | DIG - FE | Skripsi | AKUN CAN a/05 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain