Computer File
Brand image Honda City (New city) pada pasar sedan kelas mini di Bandung : ditinjau dari segi pemasaran
Kebutuhan yang meningkat akan sarana transportasi dalam mendukung aktivitas
kehidupan masyarakat pada umumnya, telah mendorong berkembangnya industri
otomotif Indonesia. Kebijakan pemerintah melalui deregulasi bulan Juni 1999
yang ditujukan untuk penumbuhan pasar dalam negeri dan dilanjutkan evaluasi
deregulasi bulan Juni 2000 yang mempertegas pencabutan larangan impor
kendaraan telah memicu pada usaha peningkatan daya saing dan kompetisi yang
semakin ketat dalam industri otomotif nasional saat ini. Selain itu situasi
perekonomian dan politik dewasa ini juga menuntut produsen untuk dapat
menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi dengan didukung oleh strategi
pemasaran yang jitu.
Honda menyikapi keadaan dan peluang tersebut dengan meluncurkan Honda City
pada tahun 1996, produk ditawarkan dengan harga terjangkau untuk pasar sedan
menengah dengan kualifikasi produk yang konvensional-di luar kebiasaan Honda
sebelumnya. Ironisnya, tawaran ini tidak mendapatkan respon yang positif dari
konsumennya, bahkan angka penjualannya menunjukkan tingkat terendah yang
pemah dicapai Honda selama ini. Untuk itu segera dilakukan penyempurnaan
produk pada tahun 1997, kemudian dilanjutkan peluncuran produk terbarunya
pada tahun 2000 yang menjanjikan produk dengan inovasi tinggi dan penerapan
teknologi terdepan. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak mampu
mendongkrak tingkat penjualan. Honda City hanya mampu mencapai angka
penjualan 11% dari pangsa pasar sedan kelas mini (Baleno = 57%) pada periode
1997-1999, dan 18% pada tahun 2000 (bandingkan dengan Soluna=35%-sebagai
pendatang bury dan Baleno=32%).
Diluncurkannya City tidak dapat dilepaskan dari nama besar dan image Honda
sebagai salah satu produsen otomotif terdepan. Dengan mencermati rendahnya
tingkat penjualan City, penelitian ditujukan untuk mengetahui brand image New
City dengan membandingkannya terhadap produk sejenis di kelasnya. Metode
penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan deskriptif-analitis
untuk mengetahui adopsi persepsi konsumen. Teknik Pengumpulan data adalah
pengumpulan data primer (kuesioner) dan data sekunder (studi literatur,
wawancara). Sampel yang diambil sebanyak 100 responden, dengan kriteria
adalah mereka yang memiliki mobil sejenis dan sekelas sekaligus mengetahui
New City, proses seleksi dilakukan melalui beberapa pertanyaan screening. Data
primer diolah menggunakan metode semantic dtfferentzal melalui tabel kualitatif
dengan beberapa variabel bipolar yang hasilnya ditunjukkan dalam bentuk garis
vertikal.
Penelitian menunjukkan bahwa City mempunyai image kuat dengan performa
yang bak, desain produk, kualitas mesin, komfortabilitas, kualitas pembuatan,
teknologi, kesan produk, harga jual kembali dan inovasi yang lebih baik
dibandingkan Toyota Soluna, Suzuki Baleno, dan produk lainnya pada kelas
sedan mini. Di lain pihak, merek-merek tersebut cenderung lebih kuat dalam
harga produk, harga suku cadang, dan jaringan penjualan disamping layanan
purna jual, kepuasan pemakai, biaya pemeliharaan, dan kualitas wiraniaga yang
juga membentuk citra merek yang positif secara keseluruhan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp12010 | DIG - FISIP | Skripsi | NIAG.MAR GUT b/01 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain