Computer File
PENOLAKAN BANTUAN IMF OLEH MALAYSIA PADA MASA KRISIS EKONOMI
Meski Malaysia telah menunjukkan prestasi pertumbuhan ekonomi yang
mengesankan, negara ini tidak luput dari fenomena krisis ekonomi yang melanda
Asia. Diawali dengan krisis moneter, anjloknya nilai ringgit Malaysia terhadap
dollar AS, yang memicu meningkatnya angka inflasi serta menurunnya investasi,
sehingga terjadi defisit neraca perdagangan. Hal ini membuat PM Mahathir
'berang', karena segala upayanya selama tujuh belas tahun runtuh dalam
beberapa bulan. Namun demikian PM Mahathir bersikukuh tidak akan meminta
bantuan IMF sebagaimana yang dilakukan Thailand, Korea Selatan dan
Indonesia.
Malaysia sama sekali menolak bantuan IMF. Malaysia tidak mengekor
Thailand, Korea Selatan dan Indonesia. Tetapi PM Mahathir Mohammad
melaksanakan reformasi ala IMF yang disesuaikan dengan kebutuhan
negaranya. Mahathir menerapkan kontrol devisa, dimana Ringgit Malaysia oleh
Mahathir dipatok pada kurs 3,8 per dollar AS. Ketika mata uang Indonesia masih
tidak stabil, ringgit Malaysia tidak bergeming. Ekonomi Malaysia juga mulai
bangkit, karena sejalan dengan kontrol devisa itu Mahathir langsung menurunkan suku bunga, seperti yang dilakukan Bank Senteral AS untuk memerangi resesi.
Perusahaan lokal Malaysia juga tidak menjadi sasaran buruan aset murah
akibat depresiasi kurs, layaknya yang terjadi di Thailand, Korea Selatan dan
Indonesia - tiga pasien besar IMF sejak akhir tahun 1997. Bahkan IMF pada
akhirnya memuji pemerintah Malaysla, karena kontrol devisa yang dilakukan
sejak Oktober 1998 berhasil meredam gejolak kurs negara tersebut.
Mahathir menyampaikan kritiknya bahwa IMF dipengaruhi atau
dimanipulasi oleh Amerika Serikat dan negara-negara kaya lain untuk
menerapkan persyaratan-persyaratan seperti, pembukaan pasar finansial,
kenaikan suku bunga, serta kenaikan pajak yang dilakukan agar perusahaan AS
dapat masuk ke negara-negara berkembang, serta akan semakin membebani
masyarakat.
Adanya pengaruh dominasi Amerika Serikat mempengaruhi penolakan
Malaysia, disamping melihat negara-negara yang berada di bawah tekanan IMF
yang perekonomiannya belum kunjung pulih. Keberadaan lembaga-lembaga
moneter internasional lain seperti ADB (Asian Development Bank) serta lOB
(Islamic Development Bank) menunjukkan bahwa IMF bukan merupakan
lembaga moneter internasional satu-satunya yang menyediakan bantuan bagi
krisis ekononomi Asia. Bantuan finansial juga dapat diperoleh secara bilateral
dari negara lain, meski tidak dalam jumlah yang besar.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp14501 | DIG - FISIP | Skripsi | INT.EKO PER p/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain