Computer File
Sumber-sumber tekanan internal dan eksternal yang mendorong Jepang membawa kebijakan mobil nasional Indonesia ke WTO periode 1996-1997
Setelah Perang Dunia II, Jepang memutuskan untuk menghindari konflik-konflik
di dunia internasional dan memutuskan untuk membenahi sendi-sendi perekonomian
yang porak poranda akibat perang. Sejak saat itu Politik Luar Negri difokuskan pada
perumusan kebijakan -kebijakan luar negri yang menguntungkan bagi pembangunan
ekonomi. Orientasi Politik Luar Negripun sampai pasca Perang Dingin terus mengarah
pada upaya untuk meningkatkan kekuatan ekonomi di panggung politik internasional.
Untuk membenahi kehidupan perekonomian yang porak-poranda maka Jepang
melalui Mentri Perindustrian dan Perdagangan WTT) serta Mentri Keuangan (MOF)
memberikan kredit-kredit berbunga rendah, serta bimbingan-bimbingan kepada sektor
industri di Jepang. Hubungan ini kemudian bertambah erat, dan menciptakan sistem neocornoratisme
antara kaum bisnis denmn pemerintah Jevana. Kaum bisnis melalui
Keidanren (Federasi Ekonomi terbesar di Jepang) mengadakan pertemuan-pertemuan
kontinyu dengan pemerintah untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi dunia
usaha dan bagaimana solusi terbaik yang hams diputuskan pemerintah.
Hubungan neo-corporatisme ini sangat menguntungkan kelompok produsen
otomotif Jepang terutama yang beroperasi di Indonesia untuk melobi pemerintah agar
membawa kebijakan mobil nasional Indonesia ke WTO. Tekanan-tekanan dai kelompok
produsen otomotif Jepang serta tekanan dari opini publik dengan cepat diantisipasi oleh
pemerintah Jepang dengan menggelar perundingan dengan pihak Indonesia untuk
membahas masalah mobil nasional. Tetapi karena pihak Indonesia tetap nekat untuk
melanjutkan kebijakan mobil nasional , maka setelah didesak oleh Amerika Serikat dan
Uni Eropa yang merupakan negara-negara berpengaruh kuat di WTO, Jepang secara
resmi mengumumkan untuk membawa kebijakan mobil nasional Indonesia ke WTO.
Pengumuman ini disampaikan pada pertemuan tingkat mentri perindustrian dan
perdagangan APEC di Selandia Baru, 16 Juli 1996. Penulis menetapkan batas penelitian
antara talun 1996-1997, dengan pemakaian metode penelitian kualitatif dan jenis
penelitian desknptif gum menggambarkan sumber - surnber tekanan internal dan
eksternal yang mendorong Jepang membawa kebijakan mobil nasional Indonesia ke
WTO .
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp14547 | DIG - FISIP | Skripsi | INT.ORG SUS s/01 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain