Computer File
Analisis kebutuhan modal kerja kontraktor pada proyek rumah tinggal tipe 89/189 dengan jenis kontrak lupsum fixed price
Pada suatu proyek konstruksi yang dilaksanakan oleh seorang kontraktor yang memenangkan tender akan mendapatkan dana dari pemilik yang akan diberikan dengan kurun waktu tertentu sesuai dengan perjanjian pemborongan. Dalam kenyataannya belum tentu dana yang diberikan pada saat jatuh tempo dapat mencukupi anggaran pelaksanaan proyek. Oleh karena itu perlu untuk diketahui seberapa besar saldo kas minimum proyek yang bernilai – ( negatif ), artinya bahwa kontraktor harus mengeluarkan dana pribadi untuk menutupi saldo kas tersebut. Saldo kas minimum proyek yang bernilai – ( negatif ) ini selanjutnya akan disebut sebagai modal kerja minimum kontraktor. Hubungan yang erat dalam analisis aliran kas yaitu aliran dana masuk yang selanjutnya disebut sebagai penerimaan biaya dan aliran dana keluar yang selanjutnya disebut sebagai rencana anggaran pelaksanaan proyek.
Studi kasus pada skripsi ini adalah proyek 1 unit rumah tinggal tipe 89/189 di Kota Baru Parahyangan yang memiliki jenis kontrak lumpsum fixed price dan sistem pembayaran termin berdasarkan monthly progress. Nilai kontrak 1 unit rumah tinggal tersebut sebesar Rp 133.040.300,- dengan time schedule rencana 24 minggu. Analisis rencana anggaran pelaksanaan proyek hanya berdasarkan biaya langsung berupa biaya material, upah, alat bantu dan biaya tak langsung berupa overhead yang diasumsikan sebesar Rp 3.991.209,00 ( 3 % dari nilai kontrak ). Pembayaran material kepada suplier sesuai dengan data proyek studi kasus. Analisis penerimaan biaya hanya berdasarkan uang muka dan termin, didapatkan berdasarkan progress proyek yang berjalan secara ideal sesuai dengan kurva S perencanaan.
Dari hasil analisis studi kasus, maka kebutuhan modal terbesar yaitu Rp 41.974.058,21 ( 31,55 % ) diperlukan pada minggu ke-16 dan pada akhir proyek kontraktor akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 8.850.240,39 (6,652 % dari nilai kontrak ). Pada saat proyek berlangsung kebutuhan modal mulai diperlukan dari minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-28 dengan nilai yang bervariatif. Salah satu cara untuk menurunkan kebutuhan modal kerja tersebut yaitu dengan pembelian material yang diatur untuk kurun waktu pembayaran lebih lama dari kurun waktu pembayaran yang sesuai dengan data proyek studi kasus. Cara ini dapat berhasil bila kontraktor mempunyai hubungan yang terjalin baik dengan para suplier material.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp15060 | DIG - FTS | Skripsi | MRK SUR a/04 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain