Computer File
Peta zona gempa untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara dengan menggunakan program Seisrisk III
Peta percepatan gempa wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara telah
disusun dengan menggunakan data yang diperoleh yang dari USGS (United States Geological
Survey) untuk gempa dangkal (< 100 km) dengan lama pengamatan 100 tahun yaitu dari
tahun 1900 hingga tahun 2000. Untuk sumber gempa berupa zona subduksi, analisis
dilakukan berdasarkan data rekaman kejadian gempa dari tahun 1900 sampai tahun 2000.
Untuk kejadian gempa yang diakibatkan oleh patahan, analisis dilakukan berdasarkan panjang
patahan dan laju pergerakan patahan. Sebagai bantuan digunakan program SEISRISK III yang
berdasarkan teori probabilitas total yang dikembangkan oleh Guttenberg-Richter dan rumus
empiris Joyner & Boore (1993) yang menghitung percepatan gempa maksimum pada batuan
dasar (bed rock). Hasil keluaran berupa percepatan gempa maksimum untuk periode ulang 10,
20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000, dan 10000 tahun untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan
Nusa Tenggara. Kemudian digabung dengan hasil keluaran wilayah lain, kemudian
disederhanakan dengan membagi setiap percepatan gempa maksimum dengan percepatan
gempa maksimum di daerah Jakarta untuk setiap periode ulang yang sama untuk membuat
Peta Zona Gempa Indonesia.
Peta Zona Gempa Indonesia dibagi menjadi 6 zona gempa. Keenam zona itu terdiri
dari zona A dengan rasio antara 0.1 – 0.3, Zona B dengan rasio antara 0.3 – 0.6, Zona C
dengan rasio antara 0.6 – 0.9, Zona D degan rasio antara 0.9 – 1.2, Zona E dengan rasio antara
1.2 – 1.4, dan zona F dengan rasio antara 1.4 – 1.6. Peta ini diharapkan dapat digunakan untuk
keperluan rekayasa sipil.
Peta Zona Gempa sebelum dipergunakan harus dilakukan koreksi berdasarkan
pengaruh jenis tanah setempat. Faktor koreksi tanah (V) untuk batuan adalah 1.0, untuk
diluvium sebesar 1.25, untuk alluvium sebesar 1.375, dan alluvium lunak sebesar 1.50.
Peta Zona Gempa Indonesia ini dibandingkan dengan Peta Zona Gempa Indonesia
yang telah dibuat terdahulu dengan cara membuat suatu grafik perbandingan percepatan
gempa maksimum pada kota-kota besar di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara. Dan hasilnya nilai percepatan gempa maksimum yang dihasilkan pada kota
Palangkaraya, Banjarmasin, Kendari, Mataram, Kupang masih berada pada daerah rata-rata
dari nilai percepatan gempa peta zona gempa sebelumnya, pada kota Samarinda nilai
percepatan gempa yang dihasilkan berada pada daerah upper bound dari nilai percepatan
gempa dari peta zona gempa sebelumnya, pada kota Ujung Pandang dan Dilli nilai percepatan
gempa maksimum mengalami kenaikan, pada kota Palu nilai percepatan gempa yang
dihasilkan berada pada daerah lower bound dari nilai percepatan gempa dari peta zona gempa
sebelumnya, pada kota Manado nilai percepatan gempa yang dihasilkan mengalami
penurunan dibandingkan dengan nilai percepatan gempa yang dihasilkan dari peta zona
gempa sebelumnya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp17025 | DIG - FTS | Skripsi | GEOT SUR p/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain