Computer File
Perkembangan dan potensi ruang terbuka hijau Kota Bandung perubahan fungsi ruang terbuka hijau menjadi sarana sosial dan ekonomi
Bandung merupakan sebuah kota warisan jaman Kolonial Belanda yang didesain
dengan mengadopsi pola perancangan Garden City. Sebagai penerapannya lebih
lanjut, muncul konsep Kota Taman, dimana taman merupakan bagian integral kota.
Namun dewasa ini banyak ruang terbuka hijau yang berubah fungsinya menjadi lahan
terbangun, padahal ruang terbuka hijau di Kota Bandung merupakan warisan budaya
tidak ternilai yang berkaitan erat dengan sejarah dan perkembangan Kota Bandung.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan taman tersebut bagi
Kota Bandung, perlu diketahui perkembangan taman-taman tersebut, alasan serta akibat
dari perubahan tersebut terhadap ruang di sekitarnya serta perbandingan luas antara
daerah pemukiman dan ruang terbuka hijau berdasarkan teori yang ada, dilihat
penerapannya pada pengaturan Kota Bandung.
Adapun metode yang diterapkan adalah historis, dilihat dari latar belakang
sejarah ruang terbuka hijau tersebut, lingkungan serta perkembangannya, kemudian
dijabarkan secara naratif melalui tulisan dan gambar. Diambil objek taman yang
mengalami perubahan menjadi SPBU dan tempat ibadah, yaitu dua perubahan fungsi
yang paling banyak terjadi.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapati bahwa terdapat 3 jenis taman
kota, dalam pemanfaatannya/keberfungsiannya sebagai suatu public open space, yaitu:
1. Taman yang masih memenuhi fungsi ruang terbuka hijau karena masih memiliki lahan
sisa yang bertungsi sebagai ruang terbuka hijau (Functional Park). (7,69%)
2. Taman yang memiliki potensi untuk memenuhi fungsi ruang terbuka hijau, namun perlu
pengembangan lebih lanjut (Missfunctional Park). (23,08%)
3. Taman yang sudah tidak bertungsi lagi sebagai ruang terbuka hijau, karena tidak ada
lagi lahan yang tersisa, seluruh permukaannya telah mengalami perkerasan
(Nonfunctionai Park). (69,23%)
Hal yang mendorong terjadinya perubahan menjadi lokasi SPBU adalah:
1. Perkembangan lingkungan menjadi kawasan komersil.
2. Berada pada jalur yang dilalui arus lalu lintas dari dan menuju daerah komersil.
Hal yang mendorong perubahan menjadi tempat ibadah adalah:
1. Perubahan pola hidup masyarakat serta perkembangan kawasan perumahan,
sehingga kepadatan penduduk menuntut penyediaan sarana ibadah.
2. Gengsi.
Untuk menjaga kelestarian ruang terbuka hijau di Kota Bandung, perlu ditekankan
sejak dini betapa pentingnya ruang terbuka hijau bagi kelangsungan dan perkembangan
Bandung. Ruang terbuka hijau yang masih ada harus tetap dilestarikan bersama
lingkungannya. Bila hal tersebut dapat dilakukan tentu saja kota ini akan dapat tetap
tenaga citranya sebagai Parisj van Java, sebuah Kota Taman yang bernilai sejarah tinggi.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp17359 | DIG - FTA | Skripsi | ARS YUL p/04 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain