Computer File
Analisa hubungan aktivitas pradaksina dan bangunan stupa
Pradaksina, sebagai salah satu aktivitas puja bakti dalam agama
Buddha, adalah sikap untuk mempersiapkan batin dengan cara
berjalan berkeliling searah jarum jam dari Timur ke Barat sebanyak
tiga kali. Dalam pelaksanaannya, ada dua macam aktivitas pradaksina
berdasarkan aliran dalam agama Buddha, yaitu menurut tradisi
Theravada yang mengutamakan makna penghormatan dan tradisi
Mahayana yang mengutamakan makna meditasi.
Bangunan stupa sebagai salah satu sarana puja bakti dalam
agama Buddha merupakan wadah untuk menampung aktivitas puja
bakti, dalam konteks ini adalah pradaksina. Selain sebagai wadah
untuk menampung aktivitas, stupa juga berfungsi sebagi objek
penghormatan itu sendiri dalam pelaksanaan puja bakti.
Pada dasarnya, stupa adalah monumen yang didirikan untuk
menyimpan relik atau abu dari seorang suci setelah beliau meninggal
dan dikremasi. Pada perkembangan selanjutnya, stupa sebagai
arsitektur religius agama Buddha awal, menjadi pengganti image
Buddha parinibbana yang kemudian merebak ke seluruh dunia dengan
bentuk arsitektur awal yang merupakan komposisi dari jubah,
mangkuk, dan tongkat Sang Buddha.
Korelasi kedua hal tersebut di atas, antara pradaksina sebagai
aktivitas yang ditampung pada fungsi bangunan stupa, ternyata saling
mempengaruhi terhadap perwujudan aktivitas pada wadahnya. Baik
pradaksina maupun stupa yang masing-masing mengandung ekspresi
dan makna dari ajaran Buddha sama-sama memberi perubahan yang
non-esensial dalam perwujudannya, tidak merubah hakikat dari
pradaksina secara makna spiritualitas dan hakikat arsitektur yang
notabene adalah ruang sebagi elemen fisik spasial.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp19330 | DIG - FTA | Skripsi | ARS SUG a/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain