Computer File
Penerapan metode reliability centered maintenance pada sistem penukar panas sekunder reaktor triga mark 2000 : studi kasus di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir-Badan Tenaga Atom Nasional, Bandung
Seiring dengan era globalisasi yang semakin pesat, setiap negara
semakin berkompetisi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
lndonesia sebagai salah satu negara yang ikut mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir, memiliki tanggung jawab dalam
memanfaatkan pengetahuan dan teknologi nuklir secara tepat. Penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir secara tidak tepat akan mengancam
peradaban manusia.
Salah satu reaktor nuklir Indonesia yang berada di Bandung dikenal
dengan nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir-Badan Tenaga
Atom Nasional. Energi panas yang dihasilkan oleh reaktor ini, dibuang melalui
sistem penukar panas sekunder. Kegagalan fungsi sistem penukar panas
sekunder dapat menyebabkan terlepasnya produk fisi. Produk fisi yang terlepas
(kebocoran nuklir) sangat berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu sistem .
penukar panas sekunder harus dalam kondisi (fungsi) yang baik. Kondisi (fungsi)
yang baik ini dicapai dengan perawatan dari sistem penukar panas tersebut.
Pada saat ini kebijakan perawatan sistem penukar panas sekunder yang
diterapkan adalah preventif maintenance. Preventive Maintenance (PM)
merupakan salah satu kebijakan maintenance yang diterapkan secara luas dan
terbukti dapat menurunkan down time peralatan. Tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam program PM ini merupakan tindakan reaktif terhadap kerusakan
yang terjadi. Bahkan dalam kenyataannya beberapa program PM kebanyakan
melakukan perbaikan kerusakan (mirip dengan corrective maintenance)
dibandingkan dengan pencegahan kerusakan.
Reliability Centered Maintenance (RCM) memberikan pengertian dasar
yang berbeda dengan program PM. RCM lebih berorientasi kepada fungsi
peralatan sedangkan PM berorientasi kepada menjaga peralatan agar jangan
sampai rusak.
Metode Reliability Centered Maintenance meliputi pembuatan kegagalan
fungsi (functional failure) yang kemudian akan dicari mode kerusakannya (failure
mode). Dengan adanya mode kerusakan, penyebab kerusakan (failure cause)
akan ditentukan sehingga dapat dianalisa pengaruh kerusakan (failure effect)
terhadap unjuk kerja peralatan.
Dengan menerapkan RCM pada sistem penukar panas sekunder dapat:
menjaga fungsi sistem peralatan, mengidentifikasi mode kerusakan spesifik
dalam bagian-bagian peralatan yang potensial menghasilkan kerusakan fungsi
sistem, membuat prioritas pemeliharaan dari mode kerusakan yang terjadi, serta
mengambil tindakan pencegahan yang dapat diterapkan sehingga sistem
penukar panas tetap berada dalam kondisi (fungsi) yang baik.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp19584 | DIG - FTI | Skripsi | TI SUT p/04 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain