Computer File
Pengaruh jenis dan rasio perbandingan alkohol terhadap minyak dalam pembuatan biodiesel
Adanya prediksi akan krisis sumber energi di masa depan karena semakin
menipisnya cadangan minyak bumi mendorong para ilmuwan untuk mencari
suatu sumber energi baru. Sumber energi yang baru ini harus meliputi berbagai
aspek, yaitu tanpa modifikasi mesin yang telah ada sekarang ini, biaya produksi
yang rendah, ramah terhadap lingkungan, persediaan dalam jumlah yang besar,
dan unjuk kerja yang tidak berbeda jauh dengan minyak bumi sekarang ini. Salah
satu jawaban untuk masalah di atas adalah biodiesel, suatu monoalkil ester dari
asam lemak rantai panjang yang diturunkan dari sumber yang dapat diperbaharui,
seperti minyak nabati. Biodiesel sendiri produk reaksi antara minyak nabati
dengan alkohol, dengan keberadaan basa kuat sebagai katalis. Sebagian besar
karakteristik biodiesel mendekati karakteristik minyak diesel.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis dan jumlah alkohol yang
memberikan karakteristik biodiesel yang paling baik dan yang paling optimum,
selain itu juga mengetahui pengaruh perlakuan awal minyak bekas terhadap
karakeristik biodiesel yang dihasilkan.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu percobaan dengan
menggunakan minyak bersih, percobaan dengan menggunakan minyak bekas, dan
tahap anal isis. Pada percobaan menggunakan minyak bersih, divariasikan jenis
alkohol, yaitu metanol dan etanol dengan perbandingan masing-masing terhadap
minyak bersih sebesar 3:1,6:1, dan 9:1. Hasil dari setiap tempuhan ini dianalisis
untuk mempero1eh variasi yang menghasi1kan sifat biodiesel yang paling baik
yaitu mendekati sifat dari minyak diesel. Hasil terbaik ini digunakan untuk
percobaan menggunakan minyak bekas. Percobaan menggunakan minyak bekas
terbagi atas dua bagian, yaitu tanpa pre-treatment dan dengan pre-treatment.
Perbedaannya pada pre-treatment, minyak bekas yang digunakan adsorben
bentonite untuk menyerap air, kotoran, dan bau pada minyak bekas yang
diharapkan dapat meningkatkan konversi. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis visual, viskositas, berat jenis, titik kabut (cloud point), dan analisis berat
glisero1 sebagai parameter pengganti konversi.
Diantara variasi yang digunakan, metanol memberikan hasil yang lebih
baik daripada etanol dengan perbandingan 6:1 sebagai variasi optimum.
Penentuan perbandingan 6: 1 sebagai run optimum didasarkan pada karakteristik
yang paling mendekati karakteristik biodiesel standar ASTM, yaitu secara visual
terbagi atas 2 lapisan, biodisel diatas dan gliserol di bawah; viskositas kinematik
yang rendah (4-6mm2/s); massa jenis (0. 867-0. 877g/ml); serta gliserol yang
dihasilkan optimum. Pada percobaan menggunakan minyak bekas, adanya
penambahan pre-treatment berupa adsorpsi menggunakan bentonite ternyata tidak
memberikan hasil yang maksimum. Penggunaan pre-treatment dan tanpa pretreatment
tidak memberikan hasil yang berbeda.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp22644 | DIG - FTI | Skripsi | TK WIR p/02 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain