Computer File
Dampak struktur keuangan terhadap kinerja keuangan pada PDAM Tirtawening Kota Bandung
Berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs) 2015 pelayanan air melalui
sistem perpipaan baru mencapai 25,56% dari jumlah akses aman terhadap air minum secara
nasional sebesar 68,87%. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha penyaluran air bersih
memiliki peluang yang baik. Namun, kenyataanya hal tersebut tidak menjamin PDAM
Tirtawening Kota Bandung dapat menjalankan usahanya dengan baik. Permasalahan utama
yang dihadapi PDAM Tirtawening Kota Bandung adalah besarya hutang jangka panjang
PDAM kepada Asian Development Bank (ADB) sejak melaksanakan Bandung Urban
Development Project tahap 1 dan II (1979-1999) serta adanya kumulatif kerugian yang
diderita perusahaan semenjak tahun 1993. Atas sejumlah pinjaman AOB tersebut, PDAM
Tirtawening Kota Bandung tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar hutang
yang telah jatuh tempo sehingga mengakibatkan tunggakan pokok dan non pokok (bunga
dan denda) terus bertambah besar sehingga melilit perusahaan dengan masalah hutang dan
besarya biaya keuangan (biaya bunga) sehingga kumulatif kerugian yang sangat besar
menjadikan kondisi ekuitas perusahaan selalu berada pada posisi saldo negatif. Menghadapi
permasalahan tersebut, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
107/PMK.06/2005 yang kemudian digantikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
120/PMK.05/2008 melakukan upaya penyelesaian pinjaman jangka panjang.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah mengenai gambaran umum
struktur keuangan PDAM Tirtawening Kota Bandung, kemudian mengenai hasil
penilaian dan analisis atas kinerja keuangan PDAM Tirtawening Kota Bandung, serta
mengenai dampak struktur keuangan terhadap kinerja keuangan pada PDAM
Tirtawening Kota Bandung. Struktur keuangan tercermin pada sisi kanan neraca
perusahaan yang terdiri dari hutang dan ekuitas. Penilaian kinerja keuangan PDAM
dilakukan berdasarkan Ketetapan Menteri Dalam Nomor 47 Tahun 1999 dengan
menggunakan 10 indikator kinerja aspek keuangan. Kesepuluh indikator tersebut
secara garis besar sama dengan indikator rasio yang digunakan pada umumnya terdiri
dari: rasio likuiditas, solavabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Digunakan pula
analisis laporan keuangan dengan metode analisis horizontal dan vertikal untuk
menganalisis neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif dengan
mengacu pada keadaan PDAM Tirtawening Kota Bandung pada periode Desember
2006 sampai dengan Desember 2009. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah melalui wawancara, pengumpulan data dari objek penelitian, pengumpulan
data pendukung dari internet dan berbagai referensi yang didapatkan dari buku.
Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya penyelesaian pinjaman yang
dilakukan belum memberikan penyelesaian atas permasalahan hutang yang melilit
PDAM Tirtawening, letapi telah memperbaiki kondisi ekuitas melalui perolehan laba
yang dipengaruhi oleh penurunan biaya keuangan. Pada tahun 2006-2009 hasil rasio
likuiditas dan solvabilitas perusahaan masihlah buruk sementara rasio profitabilitas
mengalami perbaikan. Struktur keuangan perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai
upaya penyelesaian pinjaman memberikan dampak terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang terbukti dengan terjaganya keberlangsungan operasional perusahaan
sehingga dapat tercapai tujuan baik secara social oriented maupun profit oriented.
Saran yang diberikan oleh peneliti adalah memaksimalkan pendayagunaan aktiva
guna mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan yang berasal dari hutang,
memperbaiki manajemen hutang perusahaan, serta upaya pembenahan internal
organisasi perusahaan oleh pemerintah daerah sehingga perusahaan lebih dinamis
dalam menjalankan misi perusahaan dan pelayanan publik.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp24395 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ SLA d/12 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain