Computer File
Membaca elemen arsitektur signifikan pada bangunan dalam kaitannya dengan konservasi arsitektur : kasus studi : Gedung Aula Barat Institute Teknologi Bandung
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak peninggalan arsitektur
bersejarah. Salah satu contohnya adalah banyaknya bangunan-bangunan kolonial hasil
peninggalan masa-masa penjajahan negara barat. Peninggalan berupa bangunan
bersejarah tersebut tentunya memiliki nilai seni serta memiliki potensi sebagai kawasan
wisata yang mengandung unsur pendidikan dan heritage. Bangunan bersejarah yang
dinilai atau dianggap baik merupakan bangunan yang memiliki nilai-nilai kearsitekturan
dan kesejarahan yang signifikan. Dari sudut pandang arsitektur, bangunan-bangunan tua,
kuno, dan bersejarah yang dibicarakan di sini, bukan candi atau situs-situs sejarah,
melainkan bangunan yang masih digunakan untuk aktivitas masa kini (urban living),
tetapi masih menyimpan nilai sejarah. Sebuah bangunan tua tanpa signifikansisignifikansi
ini, hanyalah suatu bangunan tua saja, bukan sebuah heritage atau bangunan
iii
kuno-bersejarah. Pada hakikatnya, konservasi merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk memperpanjang umur warisan budaya bersejarah dengan cara memelihara dan
melindungi keotentikan serta maknanya dari gangguan dan kerusakan agar dapat
difungsikan pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Pelestarian ini tidak hanya
berfungsi sebagai rupa fisik rekam jejak perkembangan sejarah suatu komunitas, tetapi
juga sebagai sarana pemberi kesinambungan antara masa lampau dan masa kini, seperti
yang juga pernah diungkapkan oleh filsuf Aguste Comte dengan ungkapannya; ”Savoir
Pour Prevoir”, yang diartikan sebagai mempelajari masa lalu dan melihat masa kini
untuk menentukan masa depan. Praktik konservasi yang kerap terjadi di Indonesia, dan
juga di belahan dunia lainnya, adalah mengubah bangunan heritage menjadi “outdoor
museum”, dalam arti, mempertahankan bentuk fisik suatu bangunan tanpa kecuali, tanpa
menghiraukan kemampuannya mewadahi fungsi yang seharusnya ia fasilitasi. Praktikpraktik
semacam ini justru mematikan kearsitekturan bangunan tersebut. Pelestarian juga
harus dapat mengakomodasi kemungkinan perubahan, karena pelestarian harus dianggap
sebagai upaya untuk memberikan makna baru bagi warisan budaya itu sendiri. Penelitian
ini berusaha mengupas bagaimana suatu bangunan harus disikapi dari sudut pandang
konservasi arsitektur dengan menggunakan bangunan Gedung Aula Barat Institut
Teknologi Bandung sebagai kasus studi.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1331 | T/DIG - PMA | Tesis | 731.48 SUR m | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain