Text
Menggagas spiritualitas dialog bagi formasi calon imam dalam rangka membangun gereja dialogal di Keuskupan Bogor
Seruan aggiornamento serentak mengubah potret Gereja Katolik. Gereja Katolik menjadi Gereja
Dialogal. Gereja Universal mengkonkretkan spiritualitas dialog dalam Konsili Vatikan II. Gereja
Partikular Keuskupan Bogor juga mencanangkannya dalam Sidang Sinode 2002. Gereja Dialogal
menjadi impian sekaligus tantangan bagi umat Katolik Keuskupan Bogor di tatar Sunda (Banten
dan Betawi) yang berdampingan dengan agama Islam (dan agama lain). Dialog dalam bentukbentuk
karya sudah dimulai dari Mgr. N. Geise OFM dengan sesanti ‘In Occursum Domini’, Mgr.
Ignatius Harsono PR dengan sesanti ‘Omnes In Unitatem’, Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM
dengan sesanti ‘In Verbo Tuo’ sampai dengan Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM dengan sesanti
‘Magnificat Anima Mea Dominum’. Bentuk-bentuk karya di Keuskupan Bogor adalah pendidikan
yang hadir di sekolah-sekolah (Mardi Yuana), pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Misi dan Ibu
dan Anak) dan Balai/Poliklinik pengobatan (Melania), pengembangan Credit Union dan Koperasi
oleh Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, dan pastoral dialog antaragama serta keterlibatan di
bidang sosial politik dari Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan dan Komisi Kerasulan
Awam. Seminari Tinggi Santo Petrus-Paulus memiliki tanggung jawab formatio bagi calon imam
dalam rangka membangun Gereja Dialogal di Keuskupan Bogor. Oleh sebab itu, selama masa
formasi, para formandi dibekali dengan spiritualitas dan pengalaman berdialog dengan agamaagama
lain, budaya, dan realitas kemiskinan yang ada di masyarakat.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1570 | T/DIG - PMIT | Tesis | TES-PMIT PRI m/14 | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain