Text
Membangun pertobatan ekologis dengan mengembalikan hakikat bumi sebagai ruang sakral
Krisis spiritualitas telah menyebabkan bumi kehilangan makna sakralitasnya. Pengabaian manusia akan makna spiritual bumi sebagai ruang sakral menggiring manusia jauh dari peradaban kasih untuk menyadari pancaran kasih Allah pada setiap ciptaan. Paradigma keliru terhadap bumi ini telah menuntun manusia pada sikap supremasi terhadap bumi. Nilai intrinsik bumi diabaikan. Pemahaman bumi secara teologis mencoba mengarahkan kembali pola pikir manusia yang keliru terhadap alam dengan premis bumi sebagai ruang sakral, tempat untuk mengalami kasih Allah. Secara teologis, bumi memiliki nilai dan makna spiritualitas sakral karena merupakan pancaran dari Allah. Manusia diharapkan mampu untuk semakin menghargai sakralitas ciptaan. Untuk itu diperlukan paradigma kembali akan bumi sebagai ruang sakral. Manusia harus menyadari bahwa alam atau bumi adalah juga bagian penting yang tidak terpisahkan dari iman kita. Eko-spiritualitas menuntun kita kembali akan pemahaman bumi sebagai ruang sakral. Melalui eko-spiritualitas kristiani kesadaran manusia dirakit kembali karena kita mengalami perjumpaan dengan Allah dalam dunia. Pengalaman perjumpaan dengan Allah dalam dunia mendorong kita untuk melakukan sebuah perubahan hati dan perilaku terhadap bumi. Manusia mampu melakukan pertobatan ekologis ketika pemikirannya terbuka dan muncul dalam hatinya kesadaran akan bumi sebagai ruang sakral, tempat mengalami kasih Allah. Hal ini merupakan panggilan setiap orang, sebab pada dasarnya manusia bukan hanya makhluk lingkungan namun juga spiritual.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes2205 | T - PMIT | Tesis | TES-PMIT MUN m/20 | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain