Computer File
Evaluasi Kestabilan lereng yang diperkuat geotekstil : studi kasus longsoran Cibubur
Longsoran tanah merupakan salah satu bencana alam yang sangat sering ditemui. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya pergerakan tanah pada suatu lereng. Beberapa faktor tersebut antara lain, menurunnya kekuatan geser tanah, aliran air tanah, penambahan beban pada lereng dan lainnya.
Penelitian ini dilakukan pada lokasi studi Blok B-10 Extension, Cibubur, yang telah mengalami pergerakan yang cukup besar. Pada lokasi studi telah dilakukan penimbunan tanah yang berguna bagi pembangunan tahap selanjutnya berupa beberapa buah kapling rumah dan jalan raya selebar 8 m. Timbunan direncanakan hingga mencapai ketinggian 29 m, tetapi ketika tinggi timbunan mencapai ketinggian 24 m, terjadi pergerakan yang cukup besar pada tubuh timbunan. Ketika dilakukan penelitian tanah tambahan di lokasi longsoran ditemukan adanya muka air tanah pada tubuh timbunan. Terperangkapnya air tanah di dalam tubuh timbunan diduga akibat tertutupnya jalur awal dari aliran air tanah sehingga air tanah tidak mempunyai jalan keluar menuju sungai yang berada di kaki lereng timbunan.
Penelitian diawali dengan melakukan pengujian kompaksi dengan metode Proctor standar, yang dilanjutkan dengan pengujian geser langsung (direct shear) pada berbagai macam kadar air. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui adhesi (ca) dan sudut geser dalam (d) antara tanah dengan geotekstil. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai ca dan d akan mengalami penurunan akibat meningkatnya kadar air tanah. Perhitungan analisis kestabilan lereng di dalam penelitian ini menggunakan program plaxis dan slope-w. Program plaxis digunakan untuk melakukan analisis terhadap tahapan-tahapan konstruksi, sedangkan program slope-w untuk menentukan nilai faktor keamanan dari kestabilan lereng. Metode yang digunakan dalam program slope-w berdasarkan asumsi bahwa bidang keruntuhan akan mengikuti keruntuhan rotasi (analisis grid & radius) dan keruntuhan tranlasi (analisis fully specified)
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tahap-tahap awal analisis yaitu ketika tinggi timbunan mencapai ketinggian 20 m, dan muka air tanah masih berada dibawah ketinggian 0 m, lereng masih dalam keadaan stabil. Dari hasil analisis menunjukan bahwa ketika tinggi timbunan mencapai ketinggian 22 m, terjadi pergerakan sebesar 0,50 m dan gaya tarik geotekstil sebesar 192,16 kN/m dan diperkirakan pada keadaan ini geotekstil telah terkoyak dan kehilangan fungsinya. Dari hasil analisis slope-w dengan metode grid & radius, ketika muka air tanah berada pada ketinggian 10 m nilai faktor keamanan memberikan nilai yang sangat kritis yaitu sebesar 1,014 sehingga setiap saat dapat terjadi pergerakan tanah. Dengan menggunakan metode fully specified, lereng diperkirakan akan bergerak dengan bidang keruntuhan tepat berada pada ujung dari lembaran geotekstil dan pada elevasi muka air tanah 10 m, didapatkan nilai faktor kemanan kritis sebesar 1,082.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes443 | T/DIG - PMTS | Tesis | 624.151 363 WIB e/03 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain