Text
Bowo dalam tradisi perkawinan ori moro'o - Nias Barat permasalahan dan solusinya dalam terang ajaran gereja Katolik
Dalam sistem adat Öri Moro’ö-Nias Barat, kepentingan kelompok (keluarga,
warga adat, warga kampung) jauh lebih penting daripada kepentingan individu. Oleh
karena itu, dalam proses perkawinan Nias, orangtua kedua mempelai (dan yang
sederajat dengannya) yang sepakat dan lebih berwenang menikahkan dan menentukan
pasangan hidup seorang anak. Dalam tataran praktis, penerapan böwö (mas kawin) Öri
Moro’ö-Nias Barat mengabaikan kesejahteraan suami-istri. Hal itu terlihat dari hasil
penelitian lapangan yang dilakukan penulis selama bulan Maret 2011: penerapan böwö
menjadi beban hidup (abula dödö) pasutri (97, 1%). Tidak hanya itu, böwö Öri Moro’ö-
Nias Barat menjadi salah satu penyebab ketidaksejahteraan (88, 5%) dan kemiskinan
(86, 2%) masyarakat Öri Moro’ö-Nias Barat. Sebab setelah menikah, pasutri memiliki
utang dalam bentuk uang rente (94, 8%), dalam bentuk babi (94, 1%), dan dalam bentuk
kongsi adat (92, 8%). Menyikapi realitas ini, sudah saatnya Gereja dan pemerintah
daerah Nias Barat menggalakkan pastoral yang terencana dan berkesinambungan untuk
menyadarkan, mendorong dan membantu masyarakat Nias Öri Moro’ö agar semakin
memahami hakikat dan tujuan perkawinan. Selain itu, para pelayan pastoral mesti
membuka diri untuk sungguh memahami budaya Nias sebagai modal dalam menangani
masalah yang ditimbulkan oleh praktek penerapan böwö ini.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1219 | T/DIG - PMIT | Tesis | 234.165 GUL b | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain