Computer File
Peranan pola perusahaan inti rakyat perkebunan terhadap peningkatan pendapatan petani peserta : studi kasus petani plasma kelapa sawit pola PIR-Bun di PTPN VIII Kertajaya Kabupaten Lebak Jawa Barat
Dalam Menyongsong Era Globalisasi, Penekanan bidang-bidang pembangunan seyogyanya mengacu kepada prinsip keunggulan komparatif yang dapat menjamin efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya. Bidang pembangunan pertanian penjabarannya diarahkan pada pengembangan agribisnis yang mengakomodasikan seluruh subsistem menjadi suatu sistem pembangunan pertanian modern sehingga mampu menjamin kesinambungan pembangunan Jangka Panjang.
Untuk mencapai sistem pembangunan pertanian seperti itu, Indonesia menghadapi berbagai kendala yang mendasar sehingga perlu restrukturisasi dan redistribusi faktor-faktor produksi utama yang meliputi lahan,modal, manajemen dan teknologi Sebagai refleksi dari upaya ke arah tersebut maka Dirjen Perkebunan antara lain mewujudkannya dalam bentuk Pola PIR Perkebunan Kelapa sawit dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani peserta dan mempercepat laju pembangunan wilayah dalam arti luas.
Dalam kurun waktu 27 tahun sejak 1968, perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang dengan pesat: Ekspor kelapa sawitpun melonjak tinggi dari US$ 15,5 juta pada tahun 1968 menjadi US$ 93,7 juta pada tahun 1995, dengan dasar itu Indonesia mempercepat proyeksi sebagai produsen CPO (Crude Palm Oil) dan Olein terbesar di dunia yang semula tahun 2010 menjadi tahun 2003 (Kompas,l997;17). Di balik sukses tersebut, disinyalir bahwa mereka yang terlibat langsung sebagai tulang punggung efisiensi perkebunan kelapa sawit belum mendapat jatah sukses tersebut. Petani dan buruh perkebunan tetap hidup dibawah kebutuhan fisik minimum kendati sudah memenuhi Upah Minimum Regional (UMR), berdasarkan laporan harian Kompas tanggal 15 Januari 1997, pendapatan Petani kelapa sawit jika dihitung nonstop 30 hari kerja upahnya hanya Rp.180.000 per bulan atau Rp.2.160.000 per tahun. Padahal, menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan perkapita penduduk Indonesia saat ini sudah US$ 1200 ( ekivalen dengan Rp.2.796.000). Dikaitkan dengan tujuan pengembangan Pola PIR tampaknya yang mencuat ke permukaan itu bertolak belakang bahwa ada sementara pihak-pihak yang memandang sistem ini sebagai bungkus baru dari Mode of Production Capitalis. Kondisi tersebut menjadi latarbelakang penelitian mengenai peranan Pola PIR Bun terhadap peningkatan pendapatan petani peserta.
Penelitian ini diidentifikasikan ke dalam tiga pertanyaan yaitu : (l)Usaha apa yang dilakukan oleh Perusahaan lnti Rakyat untuk meningkatkan pendapatan petani peserta; (2) Alasan dan motivasi apa yang mendorong mereka untuk menjadi petani peserta PIR ; (3) Seberapa besar peningkatan pendapatan petani peserta didaerah pengembangan PIR .
Dari hasil Penelitian ini didapat kesimpulan sebagai berikut (1) Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani peserta PIR, perusahaan inti melakukan berbagai upaya. Upaya tersebut meliputi penyediaan berbagai sarana dan prasarana, penyuluhan teknis - operasional, pemasaran produk , pembinaan dan pengawasan (2) Motivasi yang melatarbelakangi para petani menjadi petani peserta PIR Bun, berbeda satu sama lain. Dua pertiga petani responden terdorong untuk bergabung dengan PIR Bun dengan motivasi ingin meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Disamping itu ada juga yang di latarbelakangi oleh motivasi lain sebagai penambah penghasilan dan sekedar mengikuti program pemerintah. Proporsi mereka yang memiliki motivasi demikian hampir sepertiga dari responden penelitian ini. (3) Pendapatan petani di daerah pengembangan PIR Bun kelapa sawit Kertajaya Kabupaten Lebak, secara umum terjadi peningkatan. Pada saat penelitian ini dilakukan, rata-rata pendapatan total petani peserta PIR mencapai Rp. 2.940.668,38 pertahunnya. Terhadap total pendapatan tersebut, pendapatan dari usaha tani kelapa sawit menyumbang sebesar 42.44 % sedangkan sebesar 57,56 % lainnya bersumber dari pendapatan di luar usaha tani. Apabila ditelaah lebih lanjut, pada umumnya sumber-sumber pendapatan yang di luar usaha tani itu merupakan efek ganda dari pengembangan proyek PIR Bun itu dengan tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang lebih memadai, memungkinkan muncul dan berkembangnya usaha-usaha baru yang menjadi sumber penghasilan petani dan masyarakat sekitar proyek.
Telaah lebih lanjut mengenai rata-rata pertumbuhan pendapatan petani sejak tanaman kelapa sawit mulai berproduksi hingga penelitian ini dilakukan, diketahui bahwa secara riel pertumbuhan pendapatan petani berkisar antara 32.80% hingga 74.89 %. Pertumbuhan pendapatan ini sangat ditentukan oleh harga jual yang meningkat dan laju inflasi yang menurun. Disamping produksi buah kelapa sawit itu sendiri.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp264 | DIG - FE | Skripsi | E.PEMB SUB p/97 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain