Computer File
Analisis pengaruh pakto-88 terhadap kredit yang disalurkan perbankan tahun 1991- 1995
Tanggal 1 Juni 1983 dikenal sebagai awal dari deregulasi di Indonesia yang
juga dikenal sebagai “liberalisasi parsial”. Namun, kebijaksanaan yang benar-benar
dirasakan berdosis tinggi dalam liberalisasi selama ini adalah Pakto-88 yang
mcmpunyai lima sasaran, yakni makin meningkatkan mobilisasi dana, makin
meningkatkan ekspor non migas, makin meningkatkan efisiensi lembaga-lembaga
keuangan dan perbankan, makin meningkatkan kemampuan pengendalian pelaksana
kebijakan moneter dan yang terakhir meningkatkan iklim pengembangan pasar
modal. Untuk itulah penulis menetapkan judul “Analisis Pengaruh Pakto-88 terhadap
Kredit Yang Disalurkan Perbankan” yang mencoba menguraikan aspek perkreditan
perbankan pada tahun 1991-1995 khususnya bagi peningkatan kegiatan investasi.
Akibat ketidakpastian harga migas serta keterbatasan kemampuan pemerintah
dalam menyediakan sumber pembiayaan investasi, maka sektor swasta diharapkan
lebih berperan. Dan ini bisa terjadi apabila didukung oleh sektor keuangan terutama
perbankan melalui fasilitas pemberian kreditnya. Untuk itulah pemerintah telah
melakukan berbagai kemudahan dan kelonggaran dengan dikeluarkannya paket
deregulasi 27 Oktober 1988.
Sekahpun era pasca-deregulasi merupakan awal kemajuan perbankan, namun
bank di Indonesia masih tergolong kecil dalam pemilikan ekuitas, karena itu
ditetapkan persyaratan baru agar bank-bank (devisa) meningkatkan modal setor
sekaligus CAR-nya. Ketentuan tersebut penting artinya untuk menyongsong
pcrdagangan bebas (liberalisasi) dalam kerangka WTO.
Pakto-88 tidak hanya melahirkan ribuan kantor bank, tetapi sekaligus
mengubah peta perbankan Indonesia. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun
perbankan meningkat dengan cepat, yang pada gilirannya meningkatkan pemberian
kreditnya. Di samping itu, penurunan cadangan wajib menjadi 2% mempunyai
pengaruh pada besarnya kredit yang diberikan. Ini berarti bahwa kredit yang diterima
oleh sektor swasta untuk melakukan kegiatan investasi semakin dapat ditingkatkan.
Peningkatan dana yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan telah
berdampak positif terhadap pertumbuhan kredit (yang pada tahun 1995 sebesar
24,21%) sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (yang pada tahun
1995 tercatat sebesar 8,10/s). Sementara itu, tingkat inflasi naik yang sampai pada
tahuu 1994 sebesar 9,24% dan pada tahuu 1995 sebesar 8,64%. Ini berarti tingginya
tingkat intlasi. tidak mengurangi besarnya kredit yang disalurkan perbankan guna
meningkatkan investasi.
Bagaimanapuu, perbankan nasional telah mencatat kemajuan yang
pesat dalam mobilisasi dana ketimbang sebelum Pakto-88. Dengan kemajuan
tersebut, perbankan Indonesia diharapkan akan mampu mendorong efisiensi dan
efektivitas.
Besarnya jumlah uang beredar, khususnya M1 berpengaruh pada tingkat suku
bunga. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menurunkan investasi yang dilakukan
sektor swasta. Untuk itu perlu dilakukan penurunan tingkat suku bunga melalui
penurunan suku bunga dana atau menekan biaya intermediasi perbankan, khususnya
untuk menekan kredit macet. Dengan suku bunga yang rendah diharapkan perbankan
dapat menyalurkan kreditnya lebih banyak guna meningkatkan investasi yang pada
gilirannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp273 | DIG - FE | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain