Computer File
Hubungan persepsi terhadap insentif dengan motivasi kerja karyawan bagian sales di Tuneeca
Banyak UKM yang menilai kegagalan bisnis lebih disebabkan oleh faktor eksternal seperti ketersediaan modal dan pangsa pasar yang kecil daripada pengelolaan di dalam organisasi tersebut. Tuneeca sebagai bisnis berskala UKM harus mulai mawas diri dan mulai merubah sudut pandang dalam pengelolaan bisnisnya agar dapat terus tetap bertahan dan berkembang. Tuneeca harus mulai fokus kepada pengelolaan internal organisasi terutama pengelolaan manajemen sumber daya manusianya. Sebagai bisnis baru yang jumlah karyawan terus bertambah dan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola sumber daya tersebut relatif besar dibandingkan pendapatan bisnisnya, maka Tuneeca perlu mengelola biaya yang dikeluarkan tersebut untuk terus dapat memotivasi karyawannya. Motivasi kerja karyawan harus terus dijaga terutama motivasi karyawan bagian sales sebagai orang penghubung Tuneeca dan konsumen. Dalam bisnis e-commerce seperti Tuneeca, konsumen merasakan kualitas produk dan berinteraksi langsung dengan karyawan bagian sales. Sehingga bagaimana mengelola imbalan, terutama insentif sebagai pendorong motivasi karyawan bagian sales merupakan hal yang sangat penting. Apabila karyawan termotivasi maka diharapkan mereka dapat memberikan kontribusi terbaiknya kepada Tuneeca. Sistem insentif yang dapat memotivasi karyawan tentunya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti: sederhana, spesifik, cukup/layak, terjangkau, terukur, dan tepat waktu pembayarannya. Sehingga tujuan penelitian ini adalah meninjau dan mengevaluasi sejauh mana persepsi terhadap sistem insentif dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan bagian sales di Tuneeca. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penulis melakukan wawancara dan survey menggunakan kuesioner untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini menghitung korelasi yang digunakan untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Penggunaan metode tersebut tertuju pada masalah yang dihadapai oleh Tuneeca saat ini, yaitu sejauh manakah persepsi terhadap sistem insentif dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Sehingga hipotesa yang dikemukakan adalah diduga bahwa semakin positif persepsi terhadap sistem insentif maka akan meningkatkan motivasi kerja karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara persepsi terhadap sistem insentif dengan motivasi kerja karyawan memiliki kategori "high association up to perfect association". Hal ini dapat dibuktikan melalui besarnya koefisien korelasi sebesar 0,833 sedangkan besarnya pengaruh motivasi kerja yang ditimbulkan oleh sistem penilaian kinerja adalah 69,39% yang dibuktikan melalui koefisien determinasi. Hal ini menjelaskan bahwa persepsi terhadap sistem insentif merupakan ha! yang cukup menentukan suatu motivasi kerja karyawan. Melalui perhitungan korelasi di atas , hipotesis penelitian yang diajukan "semakin positif persepsi terhadap sistem insentif maka akan meningkatkan motivasi kerja karyawan" dapat diterima. Sistem insentif yang dimiliki Tuneeea tentu saja masih terdapat kekurangan yang sebaiknya diperbaiki. Hasil penelitian menunjukkan karyawan memiliki persepsi terburuk terhadap subvariabel sistem insentif yang berupa cukup/layak, sederhana, dan spesifik. Tuneeca perlu memperhatikan subvariabel dengan persepsi terburuk ini agar dapat dilakukan suatu langkah perbaikan sebagai wujud pengelolaan agar karyawan selalu memberikan kontribusi terbaiknya. Langkah-langkah perbaikan dibutuhkan karena pada kondisi ideal seharusnya seluruh karyawan memiliki tingkat motivasi yang tinggi.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp1416 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ SAP h/11 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain