Computer File
Pemeriksaan operasional atsa proses produksi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelesaian order pada PT.X, Bandung
Pada keadaan krisis global saat ini, semua perusahaan dituntut untuk dapat
beradaptasi dengan cepat untuk tetap bertahan dalam persaingan . Maka dari itu untuk
mempertahankan para pelanggannya, perusahaan juga harus meningkatkan efektivitas dan
efisiensinya. Pemeriksaan operasional dilakukan untuk membantu perusahaan dalam
meningkatkan efektivitas dan efsiensi seluruh kegiatannya.
Sebagai perusahaan manufaktur dengan bidang usaha konfeksi, PT.X juga
sangat memperhatikan efektivitas dan efsiensi , terutama dalam proses produksinya. Proses
produksi yang dikelola dengan baik akan menghasilkan barang yang sesuai keinginan
pelanggan dan juga mendukung keseluruhan kegiatan perusahaan tersebut. Pada proses
produksi PT.X ini masih sering terjadi keterlambatan penyelesaian order. Hal ini membuktikan
adanya proses produksi yang belum berjalan secara efektif dan efisien. Penyelesaian order
yang efektif berarti seluruh pelaksanaan produksi mampu mencapai target waktu yang
ditetapkan dengan jumlah yang tepat dan kualitas yang terbaik dan penyelesaian order yang
efisien berarti seluruh pelaksanaan produksi memakai sumber daya dengan optimal dan tidak
menimbulkan biaya tambahan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan operasional.
Pemeriksaan operasional ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, dimana
metode ini bertujuan untuk mengumpulkan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah,
kemudian dideskripsikan dan dibuat analisis untuk menentukan kesimpulan dan saran yang
diberikan.
Keterlambatan penyelesaian order yang terjadi selama bulan November 2009-
April 2009 adalah sebesar 34.32%, atau sebanyak 828 lusin order yang terlambat dibandingkan
dengan 2.413 lusin order yang diterima perusahaan. Akibat dari keterlambatan ini perusahaan
mengalami kerugian finansial dan nonfinansial. Terdapat lima faktor penyebab keterlambatan
penyelesaian order yaitu: faktor bahan baku (material), faktor manusia (man), faktor metode
(method), factor mesin (machine), dan faktor lingkungan (environment). Selama periode
penelitian dilakukan, ternyata ditemukan bahwa faktor bahan baku (material) yang paling sering
menyebabkan keterlambatan ini. Faktor bahan baku (material) sebesar 37.50%, diikuti oleh
faktor metode (method) sebesar 25%, faktor manusia (man) sebesar 20.83%, mesin (machine)
sebesar 12.50%, dan lingkungan (environment) sebesar 4.17%.
Oleh karena itu, penulis memberikan saran-saran bagi perusahaan untuk dapat
mengatasi masalah keterlambatan ini. Penulis menyarankan agar perusahaan memiliki
perencanaan produksi yang lebih baik yang meliputi pertimbangan atas kapasitas produksi dan
komunikasi yang baik antara pemasok dan pelanggan perusahaan. Selain itu penulis juga
memberikan saran untuk mengatasi lima penyebab masalah keterlambatan penyelesaian order.
Saran untuk faktor bahan baku sebagai faktor yang paling sering menyebabkan masalah
keterlambatan adalah perusahaan harus mengumpulkan bukti-bukti keterlambatan pengiriman
bahan baku oleh pemasok untuk dapat menegosiasikan perjanjian dalam pemesanan bahan
baku yang selanjutnya. Setelah itu perusahaan harus melakukan follow-up terhadap kinerja
pengirimannya. Bila masalah ini terus berulang tanpa perbaikan, perusahaan sebaiknya
mengganti pemasok bahan baku dan mencari pemasok yang lebih baik dalam segi waktu dan
kualitas. Perusahaan juga dapat meminta pada tempat sablon yang menerima order
perusahaan untuk melakukan proses sablon yang benar serta memakai bahan baku cat sablon
berkualitas baik sehingga tidak membuat bahan baku perusahaan mengalami penyusutan
ukuran.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp4506 | DIG - FE | Skripsi | AKUN VET p/09 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain