Computer File
Pengaruh rancangan akustik terhadap proses ibadah dan lingkungan sekitarnya pada Gereja Utusan Pantekosta, Bandung
Rancangan akustik sebuah bangunan ibadah ditujukan untuk memperoleh kenyamanan audial semaksimal mungkin hagi kelancaran proses ibadah di dalamnya. Di samping itu, rancangan akustik tersebut harus dapat mengendalikan bising dari dalam bangunan agar tidak mengganggu ketenangan masyarakat di sekitarnya. Hal ini berlaku pula pada Gereja Utusan Pantekosta di Jalan Kalipah Apo 41 Bandung, yang letaknya bersebelahan langsung dengan bangunan tetangga. Ditambah keramaian lalu lintas di depannya, maka merupakan suatu tugas yang berat untuk tim arsiteknya dalam mengatasi situasi yang terjadi demi kepentingan semua pihak. Masalah lain kemudian muncul ketika jemaat seringkali merasa tidak nyaman dengan suara yang didengar pada saat puji - pujian atau khotbah. Hal ini dapat mengakibatkan pesan dalam ibadah tidak tersampaikan dengan jelas. Tujuan penelitian ini pada akhirnya ditujukan untuk menciptakan kenyamanan bagi jemaat sebagai pengguna bangunan agar dapat mengikuti proses ibadah dengan baik, serta
menjaga ketenangan bagi masyarakat di sekelilingnya, mengingat bangunan gereja berada di tengah padatnya permukiman penduduk.
Penelitian dilakukan menggunakan metode induktif, yakni berangkat dari permasalahan yang muncul, lalu kemudian dihubungkan dengan teori - teori bersangkutan untuk mencari solusi terbaik bagi kepentingan semua pihak. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa penanganan akustik terhadap bising dari lingkungan sekitar terbukti tidak sampai mengganggu jalannya ibadah. Sedangkan untuk bising dari dalam masih berpotensi terdengar jeJas ke luar, terutama bagi bangunan - bangunan di
sebelahnya, hal ini dikarenakan bukaan jendela di samping kiri dan kanan bangunan gereja. Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap tetangga, kebisingan dari dalam gereja pada hari Minggu masih dianggap suatu kewajaran yang dapat ditoleransi. namun kegiatan pada hari -
hari biasa justru mengganggu aktivitas penghuni bangunan tetangga tersebut. Oleh karenanya, harus dilakukan perubahan - perubahan pada bangunan gereja seperti mengganti jendela nako dengan jenis kaca mati atau kaca 2 lapis. Setain itu terhadap ketidaknyamanan audial yang sering dirasakan jemaat saat beribadah di dalam ruang kebaktian utama, lebih disebabkan oleh pengaturan sistem penguat bunyi (sound system) yang kurang maksimal, sedangkan pengendalian aknstik di dalam ruang kebaktian dianggap sudah cukup optimal (tanpa memperhitungkan sound
system) mengingat segala keterbatasan yang ada saat itu (dana, teknologi, dsb). Pada akhirya, dari penelitian pada Gereja Utusan Pantekosta ini, diperoleh kesimpulan bahwa untuk memperoleh kenyamanan audial yang maksimal di dalam ruang ibadah diperlukan dukungan yang besar dari keahlian operator sound system terhadap rancangan akustik seorang arsitek. Raneangan akustik yang baik apabila tidak diimbangi dengan pengaturan sound system yang tepat dapat membuat ketidaknyamanan dalam beribadah, begitupun sebaliknya. Namun, di
atas semuanya itu, desain akustik yang tepat merupakan aspek fundamental untuk mencapai kenyamanan audial sebuah bangunan ibadah, baik di dalam bangunan maupun terhadap lingkungan sekitarnya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp17664 | DIG - FTA | Skripsi | ARS SUH p/06 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain