Computer File
Diskontinuitas visual pada ruang jalan Sudirman - jalan Pakubuwono sebagai aksis Kraton Surakarta di tinjau dari aspek harmoni
Dewasa ini, Kota Solo semakin dikenal sebagai kota perdagangan, wisata, dan budaya. Sebagai kota budaya, Solo memiliki Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegara sebagai bangunan peninggalan yang sarat dengan nilai tradisi dan historis. Di sisi lain, Solo juga berperan sebagai kota Perdagangan yang ditunjukkan dengan adanya beberapa titik pusat kegiatan perekonomian, dimana salah satunya adalah Pasar Gedhe. Pasar ini telah menjadi simbol sebagai pusat perdagangan di Kota Solo sejak jaman dahulu dan berkembang hingga saat ini. Ketiga bangunan tersebut merupakan cikal bakal perkembangan dan pertumbuhan Kota Solo, sehingga kemudian muncul istilah 'kawasan segitiga budaya'. Kawasan ini berperan sebagai CBD Kota Solo yang memiliki nilai budaya tinggi. Hal tersebut menyebabkan perkembangan di sepanjang koridor penghubung ketiga titik ini berkembang sangat pesat sehingga memberikan konsekuensi terhadap perkembangan wajah pada ruang jalannya. Salah satu koridor penghubung yang menjadi ciri khas pada kawasan ini adalah koridor Jalan Jendral Sudriman dan Jalan Pakubuwono. Koridor ini berperan sebagai aksis Keraton Surakarta yang sarat dengan makna simbolik dan menjadi simbol budaya di kota ini. Sebagai suatu aksis, koridor ini tentunya memiliki penataan khusus untuk menciptakan karakter pada ruang kota. Namun pada kenyataannya koridor yang menghubungkan kawasan profan dan makrokosmos ini justru tidak dapat menciptakan ruang yang kuat sebagai suatu aksis. Hal tersebut tampak dari penataan elemen fisik-spasial di sepanjang koridor ini. Penataan yang tidak dapat menciptakan harmoni antar tiap elemennya menyebabkan tidak terciptanya suatu kesatuan yang utuh antara Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Pakubuwono. Padahal sebagai suatu organisasi linear, aksis harus mampu menunjukkan kesatuan visual sehingga dapat menciptakan kontinuitas ruang. Penataan di sepanjang Jalan Pakubuwono dapat membentuk suatu ruang dengan karakter yang sangat kuat sebagai bagian dari Keraton Surakarta, namun lain hal yang terjadi pada segmen Jalan Sudirman. Perkembangan fungsi di sepanjang segmen ini menyebabkan penataannya menciptakan karakter yang lebih modern dan tidak tertata dengan baik. Diskontinuitas visual ini yang kemudian menyebabkan menurunnya karakter ruang jalan sebagai suatu aksis Keraton Surakarta.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18242 | DIG - FTA | Skripsi | ARS PRA D10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain