Computer File
Rancangan tebal perkerasan jalan berlalulintas rendah
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sebagian besar jalan yang tersedia tergolong
jalan berlalulintas rendah. Angkutan barang dan orang, komoditi pertanian, dan budi daya hasil
hutan menggantungkan kelancaran transportasinya kepada jalan ini, sehingga kebutuhan akan
rancangan tebal perkerasannya menjadi sangat mendesak. Pada saat ini, terdapat lebih dari 467.000
km panjang jalan berlalulintas rendah di seluruh wilayah Indonesia atau sekitar 80 persen dari total
panjang jalan yang tersedia.
Jalan berlalulintas rendah biasanya melayani lalu lintas kurang dari 1.000 kendaraan per hari, tapi
kategori ini sangat bervariasi tergantung institusinya. Pada umumnya, jalan berlalulintas rendah
tidak menjadi perhatian utama industri transportasi. Penelitian yang mendalam baik dari pemerintah
maupun masyarakat biasanya dikonsentrasikan pada jalan yang kelas dan lalu lintasnya tinggi. Jalan
lokal yang melayani lalu lintas rendah biasanya direncanakan menggunakan struktur perkerasan
yang standar, terdiri dari lapis permukaan Penetrasi Makadam atau kerikil dihamparkan di atas
suatu lapisan fondasi dari material berbutir alami. Pengalaman mengatakan bahwa kinerja jalan
yang direncanakan dengan metode seperti ini ternyata kurang baik dan kurang memuaskan. Jalan
kabupaten dan jalan desa yang merupakan jalan berlalulintas rendah mengalami kerusakan berat
paling besar dibanding jalan lainnya yaitu sekitar 50 persen dari total panjang yang ada.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, kajian tentang rancangan tebal perkerasan jalan
berlalulintas rendah mutlak diperlukan dengan mengacu pada metode rancangan yang normal
seperti metode AASHTO Guide for Design of Pavement Structures. Petunjuk Perencanaan
Perkerasan Jalan Kabupaten (1986) merupakan metode rancangan tebal perkerasan untuk jalan
berlalulintas rendah di Indonesia sebagai hasil pengembangan dari Pedoman Penentuan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya No. 01/PD/BM/1983dan Road Note 31.
Kajian ini menguraikan beberapa analisis untuk mengembangkan suatu metode alternatif untuk
merancang tebal perkerasan jalan berlalulintas rendah untuk berbagai tingkat lalu lintas, material,
tanah dasar, dan kondisi iklim di Indonesia. Hasil kajian menyebutkan bahwa rancangan metode
Bina Marga untuk jalan baru dapat dipergunakan dengan beberapa penyesuaian antara lain kategori
kelas jalan harus berdasarkan AE18KSAL, tebal dan struktur perkerasan jalan tidak distandarkan,
tapi dihitung berdasarkan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dengan memperhatikan faktor lingkungan
dengan memasukan koefisien drainase (m) pada lapis fondasi dan fondasi bawahnya. Metode Bina
Marga (1986) untuk rancangan Lapis Tambah (overlay) tidak dapat digunakan karena tidak sesuai
dengan konsep pelapisan tambah, tapi lebih cocok digunakan untuk pekerjaan rekonstruksi struktur
perkerasan jalan. Metode AASHTO (1993) dapat digunakan dalam rancangan Lapis Tambah
(overlay) dan perkerasan jalan tidak beraspal di Indonesia sebagai pengganti metode Bina Marga
(1986).
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes971 | T/DIG - PMTS | Tesis | 625.85 MUC r | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain